Minggu, Oktober 6, 2024

Saatnya Orang Membaca Tulisanku

KATADIA MAKASSAR || Namaku Mohammad Haekal Rumaday, biasa disapa Haekal. Kelahiran tahun 2004. Asal Maluku. Kuliahku di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Hubungan Internasional. Aku masuk perkuliahan 2022, saat ini semester 4.

Sudah bisa ditebak, usiaku 20 tahun. Namun, bukan hal mudah berada pada usia kepala dua ini. Pikiran over thinking, berlebihan mengganggu kreativitas. Hari-hari yang dijalani tak lagi produktif. Hanya bermain games, scroll, kemudian begadang hingga subuh. Lalu sesekali –ketika kesadaran muncul– merenung di kost sendiri.

Ada semacam gema suara terdengar mengingatkan. “Hei, katanya mau bermanfaat bagi orang lain. Kok sama diri sendiri saja susah. Bukankah begadang itu gak baik buat kesehatan. Lihat kau yang dulu dengan bentuk badan ideal. Apa hasilnya sekarang? Gemuk kagak, kurus iya. Bukankah kecanduan scroll dan main game itu dapat membuatmu terus bermalas-malasan di tempat tidur. Ah sial!”

Gema suara itu seperti beresonansi. Selalu pertanyaan yang sama muncul di benakku, “Sampai kapan begini terus?”

Pada suatu pagi di hari Jumat, 26 Juli 2024, seperti biasa, aku masih nyaman di tempat tidur. Tiba-tiba aku dibangunkan oleh Kak Rahman. Ku Lirik penunjuk waktu di handphone, pukul 10:23 wita. Kak Rahman minta ditemani, entah ke mana.

Tanpa protes, aku langsung bergegas ke kamar mandi membersihkan wajah sucupnya. Bukannya takut sama beliau atau alasan semacamnya, tapi selama tinggal di Makassar beliau adalah kakak sekaligus orang tuaku.

Btw beliau adalah founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) sekaligus pengajar. Jika para pembaca kepo pada kegiatan beliau atau K-Apel, pembaca boleh cek di Google dan semua platform media. Informasi tentang beliau dan komunitasnya tersedia di sini.

Kembali ke ceritaku, setelah aku ready, kami langsung berangkat dari Jalan Daeng Tata III. Sepanjang perjalanan tidak ada yang menarik. Karena seperti biasa, hanya macet yang ditemui sepanjang perjalanan.

Setibanya di halaman Cafe Baca, aku mulai melirik. Dalam hati aku berkata, oh ternyata tujuan kami kali ini ke Cafe Baca. Lokasinya di Jalan Adiyaksa Nomor 2.

Kami langsung ke ruang Pak Rusdy Embas. Pak Rusdy ini adalah pengelola Cafe Baca. Beliau merupakan teman Kak Rahman. Makanya kami diperbolehkan ke ruangan beliau.

Tugasku seperti biasa mengantar berkas. Setelah menerima berkas dari Kak Rahman, aku bergegas menuju lokasi pengantaran berkas tersebut. Tidak lupa sebelum mengendarai sepeda motor, kupakai earphone untuk mendengar musik. Yah setidaknya itu dapat membuatku tak merasa bosan sepanjang perjalanan.

Setiba di tempat tujuan mengantar berkas, kuserahkan pada si penerima berkas. Tidak lupa kufoto sebagai dokumentasi buat Kak Rahman. Aku langsung meluncur kembali ke Cafe Baca.

Au memesan kopi susu buat aktivitasku selama di Cafe Baca. Kupilih tempat yang berbeda dari kak Rahman. Kebetulan ada tiga remaja cewek sedang asyik ngobrol. Terbersit ide, “Gimana kalau gabung sama mereka?”

Kucoba beranikan diri menyapa tuk bergabung. Gayung bersambut. Rupanya mereka dengan senyum ramah mempersilahkan ku tuk bergabung. Sebagai orang tak ku kenal, tentu aku hanya duduk diam. Yah mungkin aku tak pandai untuk memulai obrolan.

Aku menoleh ke arah belakang, ternyata ada Pak Rusdin Tompo. Beliau sering kulihat di kegiatan K-Apel.

Beliau menyapa, “Anggotanya kak Rahman?”

Dengan senyum ramah kujawab, “Ya Pak.”

Beliau lalu mempersilahkan aku tuk bergabung. Awalnya percakapan hanya seputar kegiatan sehari-hari. Sampai pada satu percakapan yang membuat aku cukup antusias, “Bercerita melalui tulisan”.

Apalagi akhir-akhir ini aku suka membaca novel. Jadi percakapan seputar “Penulis” membuatku cukup tertarik. Namun karena azan berkumandang dari masjid and hari ini Jumat, maka ceritanya kami pending untuk sementara tuk menunaikan sholat Jumat.

Pak Rusdin Tompo adalah penulis dan penyair Sulawesi Selatan. Beliau juga pembicara, pengajar dan juga Host Beranda Pak RT di RRI Pro1 94,4 FM Makassar yang disiarkan sejak tahun 2015. Pada tahun 2017 namanya diabadikan dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia oleh Yayasan Hari Puisi.

Pak Rusdin Tompo aktif sebagai pegiat literasi di beberapa komunitas dan turut andil dalam pembentukan Komunitas Puisi Makassar dan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan.

Kembali ke ceriaku, selepas sholat kami melanjutkan obrolan yang sempat tertunda. Pak Rusdin memperlihatkan beberapa tulisan dari penulis pemula padaku. Salah satu di antara penulis itu adalah anak SD,. Sungguh luar biasa. Tidak lupa kami tukaran nomor kontak untuk komunikasi lebih lanjut. Beliau memberi tips sederhana bagaimana memulai tulisan. Beliau memotivasi ku untuk menulis. Hasil tulisanku, katanya, nanti bisa langsung dikirim ke beliau.

Beliau lalu memberi instruksi, silahkan dibaca sebagai referensi, jika kamu masih ragu tuk memulainya. Sebagai penutup cerita, beliau mengingatkanku bahwa “Kau tidak butuh ribuan teori dan ratusan motivasi. Cukup yakin dan memulai untuk menulis. Sudah saatnya orang lain dapat membaca tulisanmu.”

Beliau lalu pamit pergi.

Hening. Aku masih duduk diam di tempat yang sama. Pikiranku terasa kosong. Entah perasaan apa. Aku tak mengerti. Semua percakapan dengan Pak Rusdin membuatku terdiam tanpa suara.

Bukan tanpa alasan, ini bentuk kepercayaan yang diberikan Pak Rusdin dan aku harus merespons dengan penuh tanggungjawab. Pilihan ada di tanganku, “Ambil kesempatan ini dan memulai petualangan sebagai seorang penulis atau lepas dan akan tetap menjalani hidup dengan kebingungan?”.

Setelah beres aktivitas Kak Rahman, kami langsung bergegas pulang. Sepanjang perjalanan, pikiranku masih dipenuh dengan percakapan dengan Pak Rusdin. Aku belum punya keputusan final.

Sesampai di rumah, aku masih merenung dengan pikiran yang belum kunjung kutemui. Apa keputusan atas langkahku berikutnya. Sempat berpikir tuk meminta solusi orang tua agar dapat pencerahan atas langkahku. Namun kuurungkan niatku itu.

Kali ini kuingin jadikan keberhasilanku dalam bidang apapun itu sebagai kado terbaik buat mereka. Kuambil laptop dari lemari, lalu duduk dan mulai mengetik kata demi kata.

Betul kata Pak Rusdin, kuncinya adalah “memulai”. Kali ini aku sudah siap dengan keputusanku, berpetualang sebagai seorang penulis. Bahkan aku siap bertarung mengalahkan keraguanku sendiri. (*)

Makassar, 1 Agustus 2024

Oleh: Mohammad Haekal Rumaday (Mahasiswa UIN Alauddin, Makassar)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles