Jumat, Maret 29, 2024

Pengalaman Pertama, Rusdin Tompo Baca Puisi di Resepsi Pernikahan

KATADIA, MAKASSAR || Sebagai pencipta puisi, Rusdin Tompo tak pernah membayangkan bakal membacakan puisi karyanya di resepsi pernikahan. Padahal, dia bergiat di Komunitas Puisi (KoPi) Makassar, dan sering menggelar acara pembacaan puisi dalam kegiatan Sastra Sabtu Sore.

Namun, pada Minggu, 22 Januari 2023, menjadi momen yang berbeda. Atas permintaan keluarga pengantin perempuan, Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah menerbitkan 5 buku kumpulan puisi itu, bersedia tampil membacakan puisinya sendiri.

“Saya ditelepon ponakan dan pengantin perempuan, minta dibuatkan puisi, dan dibacakan saat pesta pernikahan,” ungkap Rusdin Tompo, setelah tampil membacakan puisinya.

Ponakan yang dimaksud adalah Rahmah, anak dari Daeng Ugi, sepupunya, warga Kelurahan Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Meski kelahiran Ambon, Rusdin Tompo berdarah asli Makassar, baik dari garis ibu maupun ayahnya. Kassi-Kassi merupakan kampung halaman orangtuanya.

Untuk mendapatkan ide penulisan puisi, Rusdin Tompo menghadiri prosesi matakorongtigi atau duduk pacar. Juga prosesi pernikahan Nur Fajri Fauziah dan Muhammad Ihsan, di rumah kediaman pengantin perempuan, pada Sabtu, 21 Januari 2023. Sambil menunggu dilakukannya akad nikah, dia menulis puisi berjudul “Kupinang Kau dengan Larik Puisi Ilahi”.

Puisi spesial itulah yang dibacakan di acara pesta pernikahan pasangan Riri dan Ihsan, begitu keduanya biasa disapa, yang digelar di Auditorium Amanagappa, Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Jalan Raya Pendidikan, Makassar, pada Minggu, 22 Januari 2023.

Riri merupakan anak pasangan Darmaji dan Sarmila Datumola. Perempuan kelahiran Makassar, berusia 21 tahun ini, punya hobi menari dan modeling. Dia pernah menari di Istana Merdeka, Jakarta, dan pernah pula menjuarai beberapa ajang lomba modeling. Salah satunya, sebagai Best Intelligence dalam Pemilihan Taurungka Taulolo Duta Wisata Gowa 2021. Riri inilah yang meminta dibuatkan puisi.

Berikut petikan puisinya:

Dengan nama Allah/ Kuambil larik-larik indah puisi ini dari tulang rusuk Adam untuk jadi penyangga jiwamu/ Puisi yang kubawa sebagai seserahan riang digenapkan doa-doa….

Puisi ini dibacakan sebelum keluarga dan kedua mempelai mendapat ucapan selamat oleh para tamu undangan. Jadi, merupakan acara awal dalam resepsi yang dihadiri oleh keluarga kedua mempelai, yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi dan Jawa.

Pada bagian lain puisinya, Rusdin Tompo menulis:

Terimalah puisiku sebagai akad/ Kita bismillah seia setekad/ Bagai cincin lembut yang melingkar/ Tak hendak ingkar pada jemari manis/ Tak hendak lepas dari pikat senyum manis….

Penulis buku yang dikenal juga sebagai pegiat literasi itu, menyampaikan bahwa dalam menulis puisi ini, dia bertanya pada beberapa orang. Misalnya, dia bertanya ke Dr Asis Nojeng, akademisi UNM, seputar kelong pakkio bunting. Dia bertanya tentang diksi bahasa Makassar ke Syahril Rani Patakaki, penulis sanjak Makassar. Juga ke Rahmat Soni atau Romo, tentang macam-macam nama pukulan gendang saat pesta nikahan.

Rusdin Tompo mengakui, walau dia bisa saja bertanya ke mesin pencari Google, tapi dia lebih memilih bertanya ke teman-teman pekerja seni. Biar lebih terverifikasi dan mudah dipahami. Aspek bahasa dan budaya Makassar ini penting, mengingat dia memasukkan unsur-unsur itu ke dalam puisinya.

Dia mengaku senang, setelah selesai menunaikan tugasnya membaca puisi. Apalagi ini pengalaman pertamanya baca puisi di resepsi pernikahan. Berikut kelanjutan puisinya:

Kusempurnakan separuh agama, dengan meminangmu penuh sahaja/ Maharku adalah diriku: buraknena buraknea/ Dalam kasih sayang Tuhan, kita di singgasana pelaminan/ Dan akan selalu kurawat dirimu dengan ibadah sepanjang hayat…. (*)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles