Kamis, April 25, 2024

PSM Mania Radio Bharata FM; Kenangan Seorang Jurnalis Radio

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan)

PSM Juara. Begitu berita dan vidio yang seliweran di media sosial dan portal berita, Jumat, 31 Maret 2023. Setelah menanti selama 23 tahun, kesebelasan berjuluk pasukan Ramang itu, lebih cepat mengunci titel juara Liga 1, musim 2022-2023. Kepastian juara ini diraih anak-anak asuhan Bernardo Tavares, setelah PSM mengalahkan Madura United 3-1 di Stadion Gelora Madura Ratu Ramelingan, Pamekasan, Madura.

Wiljan Pluim mencetak brace dalam laga krusial itu. Satu gol lainnya disarangkan Kenzo Nambu. Sedangkan gol balasan Madura United dicetak Hugo Gomez. Torehan 3 poin di pekan ke-32 membuat PSM mengoleksi 72 poin. Tak terkejar lagi oleh lawan-lawannya, termasuk oleh Persib Bandung maupun Persija Jakarta.

Malam itu, saya langsung menjapri Samsuddin Umar, mantan pemain dan pelatih PSM. Syamsuddin Umar merupakan coach pasukan Juku Eja, ketika merengkuh juara Liga Indonesia, musim 1999/2000. Pada babak final di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, PSM mengkandaskan Pupuk Kaltim dengan skor tipis 3-2.

Konvoi pendukung PSM yang viral, pasca kemenangan atas Madura United, segera membawa saya pada kenangan ketika masih jadi reporter di Radio Bharata FM, tahun 1996-2000. Di radio ini, ada program acara “PSM Mania”, yang menerjemahkan konsep sport, talk and infornation. Program ini bukan cuma bertujuan memberikan informasi kepada pendengar tapi juga sebagai bentuk dukungan kepada PSM Makassar.

Konsep acara “PSM Mania” dirancang Adham Hermanto, sebagai produser, sekaligus penyiarnya. Bagian produksi didukung oleh Darul Aqsa dan Hamzah (Anca), mantan pemain bola voli, yang biasa ikut mengisi suara. Penyiar lain juga kerap diminta mengisi suara, setelah narasi dibuat. Mereka akan diajak masuk studio, setelah selesai bersiaran.

Saya kebagian mewawancarai pelatih, pemain, pengamat sepak bola dan pendukung PSM. Tugas saya yang lain, yakni membuat skrip hasil wawancara. Kadang kami juga mengolah materi siaran PSM Mania dari surat kabar.

Acara yang disiarkan melalui frekuensi 95,2 FM ini, tayang setiap hari Sabtu, ketika Radio Bharata FM masih beralamat di Jalan Rajawali 16 Makassar. Acara ini berisi prediksi pertandingan dan tebak skor, review hasil pertandingan, profil pemain, dan info-info aktual lainnya. Ketika Radio Bharata pindah ke Jalan Nikel II Blok A 21/18 Makassar, jadwal siaran PSM Mania juga pindah ke hari Minggu.

Sebagai special program, “PSM Mania” tentu dikemas secara khusus pula. Kami berupaya menyuguhkan sajian acara yang ekslusif, terutama pada segmen wawancara. Eksklusivitasnya terasa pada actuality voice yang dihadirkan. Kami memang mendapatkan narasumber langsung dari lapangan dan sendiri melakukan wawancara. Kami berburu narasumber ke Stadion Matoanging, Lapangan Hasanuddin, Markas Supporter “Mappanyukki” atau ke Wisma Hasanuddin, milik Kodam VII/Wirabuana, di Jalan Amanagappa, Makassar, yang jadi mess pemain PSM, kala itu.

Biasanya, sepulang meliput kami singgah makan nasi Bibi di Jalan belibis. Nasi bungkus murah meriah ini terdiri dari nasi putih, ikan goreng bolu yang dipotong kecil dan sambal. Begitu tiba di kantor pun, suasana akrab sebagai tim berlanjut. Kopi sachet atau minuman berenergi akan menemani kami selama membuat produksi siaran.

Saya suka terlibat dalam pekerjaan ini karena ada nuansa jurnalisme sepak bola, dengan gaya bahasa yang luwes dan dinamis. Ada permainan diksi saat membuat naskah siaran. Sebagai reporter, saya juga dituntut meng-update informasi sepak bola, yang diperoleh lewat koran atau obrolan dengan kru Radio Bharata, yang rerata memang penggemar PSM.

Saya, dan tim, perlu tahu pelatih PSM dan strategi yang diterapkan, saat itu, terutama ketika akan bertanding. Juga para pemain dan posisi mereka masing-masing. Mesti kenal dengan kelompok suporter dan tokoh sepak bola. Dan yang paling penting adalah paham istilah-istilah sepak bola, dan sedikit sejarah PSM. Sejak awal “PSM Mania” dibuat, kami sudah ikhtiarkan program ini akan jadi salah satu unggulan di radio yang didirikan pada tahun 1968 itu.

Pengamat sepak bola, mantan pemain, pelatih, pengurus dan manajemen PSM, serta pemain kami sambangi demi mendapatkan info terkini. Herry Patty, dari Ikatan Supporter Makassar (ISM), J Don Bosco, Yopie Lumoindong, adalah pengamat sepak bola yang biasa jadi langganan wawancara. Pemain PSM seperti Anshar Abdullah, Yeyen Tumena, Ali Baba, Jacksen F Tiago dan Luciano Leandro, Kurniawan Dwi Julianto, dan nama-nama pemain lain, tentu juga menjadi incaran wawancara. Tim medis, dr Farid Husain pun tak luput jadi narasumber kami.

Saya beruntung, menjadi jurnalis radio dan ikut dalam produksi “PSM Mania” ketika PSM berada pada salah satu periode emasnya. Dalam buku “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah”, yang ditulis M Dahlan Abubakar dan A Widya Syadzeina (2020), saya bisa lakukan semacam napak tilas dengan membaca dokumen sejarah dalam buku itu. Saya bisa mengingat-ingat kembali masa-masa kerja jurnalistik saya, saat meliput kesebelasan yang didirikan sejak tahun 1915 tersebut.

Era ketika “PSM Mania” disiarkan, sistem kompetisi di Tanah Air telah dimerger. Tidak ada lagi Divisi Utama. Semua kesebelasan Divisi Utama dialihkan dan bergabung dengan kompetisi Liga Indonesia. Liga ini terbagi atas Wilayah Barat dan Timur.

PSM masuk Wilayah Timur bersama kesebelasan-kesebelasan dari Jawa Timur, Kalimantan hingga Papua. Sementara Wilayah Barat mencakup tim-tim dari Yogyakarta, Semarang ke Barat hingga Pulau Sumatra.

Saat awal meliput di tahun 1996, pelatih PSM adalah M Basri. Sedangkan, Manajer PSM adalah Nurdin Halid, seorang politisi kawakan. Komda PSSI Sulsel, saat itu, adalah Ilyas Haddade. Pada Liga Indonesia I, PSM merupakan juara grup C. Pada Liga Indonesia II, PSM melaju hingga final di Stadion Utama Senayan, Jakarta, tapi hanya keluar sebagai Runner Up, setelah kalah dari Mastrans Bandung Raya (MBR).

Di tahun 1997, PSM mengukir prestasi membanggakan setelah keluar sebagai Runner Up Piala Bangabandhu di Dhaka, Bangladesh. Kejuaran sepak bola untuk memperingati HUT Kemerdekaan Bangladesh ini, diikuti 12 tim dari 8 negara. Yakni, Malaysia, India, Thailand, Iran, Nepal, Rusia, Indonesia dan tuan rumah Bangladesh. Berita seperti ini tentu saja jadi santapan kami di “PSM Mania”.

Pada tahun 1997, manajemen PSM berganti. Saya ikut meliput suasana pergantian ini. Walikota Ujungpandang, Malik B Masri, yang secara ex-officio selaku Ketua Umum PSM, mengumumkan manajemen baru. La Tinro La Tunrung didapuk sebagai Manajer Tim, berpartner dengan pengusaha travel haji dan umroh, H Ande Abdul Latief sebagai Penanggung Jawab Tim PSM musim kompetisi Liga Indonesia 1997/1998. Humas PSM di masa itu adalah Husain Abdullah, yang juga jurnalis RCTI.

Saat itu, PSM tak hanya mengikuti Liga Indonesia IV, tapi juga kompetisi Piala Winner’s Asia yang merupakan ajang internasional. Betapa membanggakan melihat dari dekat kesebelasan PSM yang saat itu sebagai wakil Indonesia. Stadion Matoanging kemudian dipercantik agar memenuhi standar internasional. Rumput lapangan diperhalus, lampu-lampunya dipermak agar lebih terang. Supaya bisa meliput PSM, saya mengurus ID card di Sekretariat PSM, saat itu di Kantor PDAM Jalan Dr Sam Ratulangi, Makassar.

Manajer Tim PSM ke Piala Winner’s adalah Reza Ali. Untuk mendukung keamanan, Kapolrestabes Ujungpandang, Kolonel (Pol) Yusuf Manggabarani, ditunjuk sebagai ketua pelaksana pertandingan Piala Winner’s dan Liga Indonesia IV di Ujungpandang. Dukungan atas suksesnya even sepak bola internasional ini juga datang dari Pangdam VII/Wirabuana, Myjen TNI Agum Gumelar. Dukungan juga datang dari Gubernur Sulsel, H Zaenal Basri Palaguna.

Perhelatan Piala Winner’s Asia mendapat publikasi luas. PSM mampu menundukkan kesebelasan Royal Thai Air Force asal Thailand, tapi takluk dari Suwon Samsung Blue Wing dari Korea Selatan. PSM yang kala itu diperkuat oleh Ortizan Salossa dan Izaac Fatary mampu mencapai perempat final. Penonton selalu membludak saat laga kandang di Stadion Matoanging.

Sayang, Liga Indonesia IV terhenti di tengah jalan. Pada Mei 1998 itu, tengah terjadi Reformasi sebagai buntut dari krisis moneter berkepanjangan. Krisis ekonomi berefek domino pada krisis politik dan keamanan. Banyak kalangan menyayangkan penghentian kompetisi oleh Ketua Umum PSSI, Azwar Anas. (*)
Saya, dan tim, perlu tahu pelatih PSM dan strategi yang diterapkan, saat itu, terutama ketika akan bertanding. Juga para pemain dan posisi mereka masing-masing. Mesti kenal dengan kelompok suporter dan tokoh sepak bola. Dan yang paling penting adalah paham istilah-istilah sepak bola, dan sedikit sejarah PSM. Sejak awal “PSM Mania” dibuat, kami sudah ikhtiarkan program ini akan jadi salah satu unggulan di radio yang didirikan pada tahun 1968 itu.

Pengamat sepak bola, mantan pemain, pelatih, pengurus dan manajemen PSM, serta pemain kami sambangi demi mendapatkan info terkini. Herry Patty, dari Ikatan Supporter Makassar (ISM), J Don Bosco, Yopie Lumoindong, adalah pengamat sepak bola yang biasa jadi langganan wawancara. Pemain PSM seperti Anshar Abdullah, Yeyen Tumena, Ali Baba, Jacksen F Tiago dan Luciano Leandro, Kurniawan Dwi Julianto, dan nama-nama pemain lain, tentu juga menjadi incaran wawancara. Tim medis, dr Farid Husain pun tak luput jadi narasumber kami.

Saya beruntung, menjadi jurnalis radio dan ikut dalam produksi “PSM Mania” ketika PSM berada pada salah satu periode emasnya. Dalam buku “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah”, yang ditulis M Dahlan Abubakar dan A Widya Syadzeina (2020), saya bisa lakukan semacam napak tilas dengan membaca dokumen sejarah dalam buku itu. Saya bisa mengingat-ingat kembali masa-masa kerja jurnalistik saya, saat meliput kesebelasan yang didirikan sejak tahun 1915 tersebut.

Era ketika “PSM Mania” disiarkan, sistem kompetisi di Tanah Air telah dimerger. Tidak ada lagi Divisi Utama. Semua kesebelasan Divisi Utama dialihkan dan bergabung dengan kompetisi Liga Indonesia. Liga ini terbagi atas Wilayah Barat dan Timur.

PSM masuk Wilayah Timur bersama kesebelasan-kesebelasan dari Jawa Timur, Kalimantan hingga Papua. Sementara Wilayah Barat mencakup tim-tim dari Yogyakarta, Semarang ke Barat hingga Pulau Sumatra.

Saat awal meliput di tahun 1996, pelatih PSM adalah M Basri. Sedangkan, Manajer PSM adalah Nurdin Halid, seorang politisi kawakan. Komda PSSI Sulsel, saat itu, adalah Ilyas Haddade. Pada Liga Indonesia I, PSM merupakan juara grup C. Pada Liga Indonesia II, PSM melaju hingga final di Stadion Utama Senayan, Jakarta, tapi hanya keluar sebagai Runner Up, setelah kalah dari Mastrans Bandung Raya (MBR).

Di tahun 1997, PSM mengukir prestasi membanggakan setelah keluar sebagai Runner Up Piala Bangabandhu di Dhaka, Bangladesh. Kejuaran sepak bola untuk memperingati HUT Kemerdekaan Bangladesh ini, diikuti 12 tim dari 8 negara. Yakni, Malaysia, India, Thailand, Iran, Nepal, Rusia, Indonesia dan tuan rumah Bangladesh. Berita seperti ini tentu saja jadi santapan kami di “PSM Mania”.

Pada tahun 1997, manajemen PSM berganti. Saya ikut meliput suasana pergantian ini. Walikota Ujungpandang, Malik B Masri, yang secara ex-officio selaku Ketua Umum PSM, mengumumkan manajemen baru. La Tinro La Tunrung didapuk sebagai Manajer Tim, berpartner dengan pengusaha travel haji dan umroh, H Ande Abdul Latief sebagai Penanggung Jawab Tim PSM musim kompetisi Liga Indonesia 1997/1998. Humas PSM di masa itu adalah Husain Abdullah, yang juga jurnalis RCTI.

Saat itu, PSM tak hanya mengikuti Liga Indonesia IV, tapi juga kompetisi Piala Winner’s Asia yang merupakan ajang internasional. Betapa membanggakan melihat dari dekat kesebelasan PSM yang saat itu sebagai wakil Indonesia. Stadion Matoanging kemudian dipercantik agar memenuhi standar internasional. Rumput lapangan diperhalus, lampu-lampunya dipermak agar lebih terang. Supaya bisa meliput PSM, saya mengurus ID card di Sekretariat PSM, saat itu di Kantor PDAM Jalan Dr Sam Ratulangi, Makassar.

Manajer Tim PSM ke Piala Winner’s adalah Reza Ali. Untuk mendukung keamanan, Kapolrestabes Ujungpandang, Kolonel (Pol) Yusuf Manggabarani, ditunjuk sebagai ketua pelaksana pertandingan Piala Winner’s dan Liga Indonesia IV di Ujungpandang. Dukungan atas suksesnya even sepak bola internasional ini juga datang dari Pangdam VII/Wirabuana, Myjen TNI Agum Gumelar. Dukungan juga datang dari Gubernur Sulsel, H Zaenal Basri Palaguna.

Perhelatan Piala Winner’s Asia mendapat publikasi luas. PSM mampu menundukkan kesebelasan Royal Thai Air Force asal Thailand, tapi takluk dari Suwon Samsung Blue Wing dari Korea Selatan. PSM yang kala itu diperkuat oleh Ortizan Salossa dan Izaac Fatary mampu mencapai perempat final. Penonton selalu membludak saat laga kandang di Stadion Matoanging.

Sayang, Liga Indonesia IV terhenti di tengah jalan. Pada Mei 1998 itu, tengah terjadi Reformasi sebagai buntut dari krisis moneter berkepanjangan. Krisis ekonomi berefek domino pada krisis politik dan keamanan. Banyak kalangan menyayangkan penghentian kompetisi oleh Ketua Umum PSSI, Azwar Anas. (*)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles