Minggu, September 8, 2024

Harga Nyawa di Negara Hukum ( Rimba)

Oleh : Zulkarnain Hamson

DEMAS LAIRA, akun Facebook hingga kini masih aktif, pewarta anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), berusia muda media online itu ditemukan tewas di Sulawesi Barat. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Demas ditemukan tergeletak dengan beberapa tusukan benda tajam di tubuhnya, tergeletak di pinggir jalan Dusun Salu Bijau, Desa Tasokko, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar. Pembunuhan diduga terjadi Rabu (19/08/2020) malam.

Mengapa pekerja media bisa mengalami nasib tragis seperti itu?. Siapa pelaku, apa motif dan mengapa begitu sadis cara mereka menghabisi korbannya?. Hanya aparat keamanan yang bisa mengungkapkan semua itu.

Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Sulawesi Selatan, melalui Ketuanya, Dr. Arry Abdi Syalman. https://warta.in/dpw-join-sulsel-kecam-dan-minta-aph-usut-tuntas-pembunuhan-wartawan-di-sulbar/ Mengeluarkan pernyataan resmi mewakili oragnisasinya, dengan tegas mengutuk perbuatan yang tidak manusiawi itu, dan meminta aparat keamanan bertindak cepat agar pelaku bisa segera diringkus, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ini bukan hutan rimba di negara tak beraturan, juga tak berpenjaga. Ini negara hukum dimana semua harus berprilaku dan bertindak sesuai ketentuan hukum, siapapun dia, dengan alasan apapun.

Apakah yang menjadi sebab pewarta/wartawan diperlakukan sekeji itu?. Jawabannya sangat beragam, tetapi bisa jadi salah satunya dia sedang berhadapan dengan komplain berita yang tidak menggunakan jalur semestinya, yakni hak jawab.

Penggunaan hak jawab, bagi pihak yang merasa dirugikan diatur dalam Undang-undang. Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) juga mengatur hal itu, sayangnya publik tak paham memakainya.

Kasus pembunuhan wartawan, umumnya kita dengar atau baca dalam film, novel atau cerita sesungguhnya di dunia mafia narkotika, di banyak negara lain di Barat. Namun di negeri bernama Indonesia ini juga, peristiwa pembunuhan wartawan bukan hal baru,

Sejumlah kasus bahkan tak sama sekali terungkap, mungkin melibatkan kekuatan besar yang hukum tak bisa tajam, atau memang faktanya tidak cukup untuk menangkap pelaku.

“Demas, telah mendahului kita. Kita tak bisa tinggal diam, dan membiarkan pelaku bebas dan mungkin suatu ketika akan melakukan hal yang sama pada Demas-Demas lainnya.

Aparat kepolisian juga punya pilihan yang beragam, setelah pernyataan Kapolda Sulbar, tentang sudah diketahuinya identitas pelaku, harapan masyarakat segera ditemukannya pelaku, tentu jejaknya gampang ditelusuri, terutama di era digital saat ini.

Selama ini media cukup memberikan apresiasi kepada institusi manapun, baik sipil maupun militer, sehingga pejabat-pejabat di institusi itu menerima penghargaan bahkan kenaikan jenjang karir yang menggembirakan.

Tetapi semisal Demas, bahkan kematiannya pun sepi, tak ada yang mengirimkan karangan bunga, memberinya medali kehormatan, atau sekadar dikunjungi pejabat yang kerap dia bantu, sehingga pencitraan mendapatkan imbalan.

Dia telah menjadi bagian dari kekejaman kepentingan, entah siapa yang telah disentuh pemuda tanggung itu, tentu melalui beritanya yang kemudian membuat nyawanya berpisah dari tubuhnya.

” Ini negara hukum, kita harus yakini, seperti diajarkan para guru di bangku sekolah, bukan negeri para penjahat, di mana nyawa tak berharga, karena hukum rimba yang berlaku. Duka mendalam untukmu pejuang kebenaran informasi. Tidurlah dalam tenangmu, semoga Tuhan memberi imbalan pahala pada pilihanmu sebagai penyampai informasi.(@)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles