Minggu, Mei 5, 2024

Freudrich Kuen Kupas Tuntas Soal Kompetensi Wartawan

KATADIA, MAKASSAR || Freudrich Kuen. M.Si Kupas tuntas soal kompetensi Wartawan saat menjadi trigger (Pemantik) dalam acara Media Literacy Discussion Media Discussion yang diselenggarakan DPW JOIN Sulsel dan Pusdiklat Nasional di Café Baca Jalan Adiyaksa pada Sabtu 13 Agustus 2022

Diskusi kali ini mengangkat tema “Standar Kompetensi wartawan, dan Freudrich Kuen biasa disapa Daeng Narang, menjadi pemantik tunggal di acara tersebut

Daeng Narang adalah fasilitator Badan Uji Kompetensi Dewan Pers dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Selain itu juga Direktur Eksekutif Pusat Pelatihan Multimedia Pers Phinisi (P2MTC)

Freud membuka diskusi dengan mengambil pernyataan dari jurnalis senior Rosihan Anwar, yaitu: “Setiap saat jurnalis harus dituntut memiliki kompetensi yaitu ilmiah, profesional dan etis, jika tidak jurnalistik akan mati”.

Artinya kompetensi, lanjut Fred, merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan berdasarkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja.

“Artinya kompetensi itu menyangkut minat, pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, keterampilan dan tanpa kesalahan atau zero error,” jelasnya.

“Jadi orang yang berkompeten secara tidak langsung menjadi profesional karena tahu tugas dan tanggung jawabnya serta fokus dan konsisten dengan profesi atau pekerjaannya,” imbuhnya.

Fred juga membahas persamaan dan perbedaan sistem uji di Dewan Pers dan BNSP. Dimana DP, materi ujian khusus bagi wartawan, melalui tim wartawan yang difasilitasi oleh DP. Penyelenggara dari organisasi pers, universitas dan media. Pemeriksa dari pelapor utama (senior) DP.

Adapun teknik tesnya meliputi, portofolio, observasi, wawancara, performance, link dan simulasi. Di DP, tes dilakukan secara berkelompok mulai dari jurnalis muda, menengah dan utama (Uji Kompetensi Jurnal).

Di BNSP, umum untuk semua profesi. Bahan tes adalah profesional profesional. Penyelenggara ujian adalah Lembaga Sertifikasi Profesi Pers, Perguruan Tinggi dan Tempat Uji Kompetensi yang ditunjuk. Penguji berasal dari penilai pers (wartawan). Teknik tes yang digunakan adalah portofolio, observasi, wawancara dan performance. Pengujian dilakukan secara pribadi (SKW).

“Dari kedua fasilitator lembaga tes tersebut terdapat tiga unsur kompetensi yaitu pertama, umum: memiliki wawasan sebagai jurnalis, kedua yaitu unsur inti, bagaimana memahami tugas wartawan dan terakhir unsur khusus, dimana ini tentang keahlian jurnalis,” jelas Fredrich Kuen yang juga asesor di DP dan BNSP ini.

“Seperti yang kita dengar dalam pembahasan bab I, Minggu lalu, ada orang yang bukan jurnalis tapi memiliki kartu kompetensi, itu bukan salah DP atau BNSP, tapi penyelenggara uji kompetensi dan penguji,” ujarnya. .

“Oleh karena itu, jika ada yang seperti ini, kita perlu teguran keras kepada penguji dan penyelenggara tes, mencabut izin penguji, menyedot waktu-waktu tertentu bagi penyelenggara tes dan bahkan jika perlu mencabut izin penyelenggara tes,” pungkas Ketua Umum Persatuan tersebut. DPP Jurnalis Milenial Indonesia (JMBI). ) ini.

“Hal ini sejalan dengan perkataan Pak Sulwan yang mengatakan bahwa media adalah universitas paling universal tempat pendidik mengajar di ruang kelas dan media atau jurnalis mengajar di ruang publik,” ujarnya.

Diskusi menjadi lebih menarik, karena jurnalis senior dan akademisi Dr. Yahya juga memberikan tanggapan terkait perkembangan media saat ini, dimana penjualan bagi jurnalis terkadang tidak sesuai dengan pekerjaan jurnalistiknya.

Begitu juga dengan tanggapan Dedi Gunawan Saputra dari PJS (Persatuan Wartawan Cyber), dimana ia mengemukakan kesulitan wartawan untuk mengikuti kompetensi wartawan, namun tidak memiliki dana.

“Saya kira itu isu mendasar bagi jurnalis, yaitu terkait pendanaan untuk mengikuti kompetensi jurnalis,” ujarnya.

Dalam diskusi kali ini, panitia memberikan kejutan dengan membacakan puisi karya moderator Arwan D. Awing yang berjudul Jangan Sebut Aku Bodoh.

Menurut salah satu penyelenggara, Acara Media Literacy, Media Discussion, Media Discussion ini selain dihadiri oleh para jurnalis lintas generasi juga didukung oleh kurang lebih 25 media partner.
Rencananya acara ini akan diadakan secara rutin dengan tujuan memberikan pendidikan dan keterampilan bagi para jurnalis, serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme mereka sebagai jurnalis.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles