Senin, Mei 13, 2024

Peristiwa “G30S/PKI Letkol Untung Kepergok Saat Kabur Disiksa di Cimahi

KATADIA,MAKASSAR || Tak disangka, salah satu tokoh penting dalam pemberontakan G30S/PKI itu awalnya ditangkap karena kepergok di bus saat kabur

Letnan Kolonel Untung Syamsuri adalah salah satu nama yang sering disebut-sebut dalam peristiwa pemberontakan G30S/PKI.

Pada awal pemerintahan “Presiden” Suharto, pemimpin pemberontakan “G30S” PKI pada tahun 1965, “Letnan Kolonel Untung” ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Peristiwa berdarah G30SPKI merupakan hari-hari kelam bangsa Indonesia tahun itu.

G30S PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di Jakarta dan Yogyakarta yang menewaskan sejumlah jenderal TNI, AD dan perwira muda “Tentara Nasional Indonesia” AD.

Pemberontakan PKI dimulai dengan penculikan dewan jenderal angkatan darat.

Kemudian mereka dibantai secara brutal dan dibuang di tempat yang sekarang dikenal sebagai Tugu Buaya.

Kematian para perwira Tentara Nasional Indonesia itu merupakan bentuk perlawanan nasional terhadap kekejaman PKI.

Kemudian para jenderal dan perwira TNI mendapat gelar sebagai Pahlawan Revolusi atau Pahlawan Nasional.

Namun, ada aktor penting di balik peristiwa “G30S” PKI yang namanya sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Sosok itu adalah “Lt. Kubis. “Beruntung” Syamsuri. Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri adalah Komandan Batalyon I Tjakrabirawa yang memimpin Gerakan 30 September 1965.

Dalam aksi ini, sejumlah prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia tewas dan 6 jenderal paling kejam serta seorang perwira Tentara Nasional Indonesia tewas dan dimasukkan ke dalam Lubang Buaya.

Letnan Kolonel Untung lahir di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, Jawa Tengah pada 3 Juli 1926, meninggal di Cimahi, Jawa Barat 1966.
Nama depannya adalah Kusman. Ayahnya bernama Abdullah dan bekerja di sebuah toko batik di Pasar Kliwon, Solo.

Sejak kecil Kusman telah diadopsi oleh pamannya yang bernama Syamsuri.

Untung adalah mantan bawahan Suharto ketika menjadi komandan Resimen ke-15 di Solo.

Ia adalah Komandan Kompi Batalyon 454 dan pernah mengenyam pendidikan politik dari tokoh PKI, Alimin.

Kemudian Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan agar Batalyon Sudigdo dipindahkan ke Cepogo, di lereng Gunung Merbabu.

Kemudian Kusman pergi ke Madiun dan bergabung dengan teman-temannya.

Setelah peristiwa Madiun (Pemberontakan PKI 1948), Kusman mengganti namanya menjadi Untung Sutopo dan masuk Tentara Nasional Indonesia melalui Akademi Militer di Semarang.

Letnan Kolonel Untung Sutopo bin Syamsuri, tokoh penting dalam Gerakan 30 September 1965, adalah salah satu lulusan terbaik Akademi Militer.

Selama menempuh pendidikan, ia bersaing dengan Benny Moerdani, seorang perwira muda yang sangat terkemuka di RPKAD.

Mereka berdua bertugas dalam operasi merebut Irian Barat dan Untung adalah salah satu bawahan Suharto yang dipercaya sebagai Panglima Mandala.

Untung dan Benny berada di Irian Barat tidak lebih dari sebulan karena Soeharto telah memerintahkan gencatan senjata pada tahun 1962.

Sebelum ditarik ke Resimen Cakrabirawa, Untung pernah menjadi Komandan Batalyon 454/Banteng Raiders yang bermarkas di Srondol, Semarang.

Batalyon ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang sama dengan Batalyon Infanteri Lintas Udara 330/Kujang dan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Kujang II.

Nantinya dalam peristiwa G30S, Banteng Raiders akan menghadapi pasukan elit RPKAD di bawah komando Sarwo Edhie Wibowo.

Setelah G30S meletus dan gagal dalam operasinya, Untung melarikan diri dan menghilang selama beberapa bulan sebelum secara tidak sengaja ditangkap oleh dua anggota Tentara Nasional Indonesia di Brebes, Jawa Tengah.

Letnan Kolonel Untung Sutopo ternyata tidak seberuntung namanya, pada 11 Oktober 1965 ia yang mencoba kabur ke Semarang dengan bus, justru mengalami nasib yang di luar perhitungannya.

Dia dikenali oleh wajahnya oleh dua tentara yang sama-sama berada di dalam bus.

Kaget dan ingin kabur, dia akhirnya melompat keluar dari bus. Karena kecurigaan kedua prajurit di dalam bus, Untung akhirnya dikejar hingga akhirnya ditangkap warga sekitar Asem Tiga Kraton, Tegal.

Saat ditangkap, dia tidak menyebut namanya Untung. Anggota Tentara Nasional Indonesia yang menangkapnya bahkan tidak menyangka bahwa penangkapannya adalah mantan Komando Operasi G30S.

Setelah menjalani pemeriksaan di markas CPM Tegal, diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung.

Setelah melalui persidangan Mahmillub, Untung dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada 1966, setahun setelah meletusnya G30S.(*)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles