Senin, Mei 20, 2024

Media Propaganda

KAMPANYE politik tak terelakkan memakai media propaganda. Menghipnotis audiens (konsumen informasi) untuk ikut tertarik secara emosional. Teori menjelaskan semua itu, diadopsi dari pemikiran ilmuan komunikasi Harold Dwight Lasswell seorang ilmuwan politik terkemuka Amerika Serikat (AS) dan dicatat sebagai pencetus teori komunikasi. Ia juga seorang profesor di ‘Chicago School of Sociology’, Yale University, menjabat sebagai Presiden Asosiasi Ilmu Politik Amerika dan Akademi Seni dan Sains Dunia.

Lasswell, kelahiran 13 Februari 1902, di Donnellson, Illinois, Amerika, dan meninggal dunia pada 18 Desember 1978, di Kota New York, AS. Sumbangan model komunikasi Lasswell bersifat linier atau satu arah, itulah mengapa saya menuliskan ‘Media propaganda’ adalah bagian dari pemikirannya. Model yang dikembangkan Lasswell ini termasuk model komunikasi tertua yang masih digunakan hingga saat ini. Awalnya model komunikasi Lasswell dikembangkan untuk menganalisis komunikasi massa, khususnya tentang media propaganda, demikian akademisi komunikasi acapkali menjelaskan dalam ruang kuliah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan propaganda mengandung makna penerangan (paham, pendapat, dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk (janji manis). Propaganda diserap dari bahasa latin modern: ‘Propagare’ yang artinya mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang.

Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Menurut Garth S. Jowett and Victoria O’Donnell; Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar informasi. Mengapa media model ini tidak mati, karena politik mengadopsi dan di era digital, terjadi masifikasi akibat kekuatan saluran internet yang mendunia.

Di jaman keemasan media cetak, kisah tentang media propaganda sangat berlimpah. Saat era media elektronika datang, Jerman salah satu negara yang paling unggul, saat televisi muncul media propaganda mendulang catatan lebih unggul. Kampanye politik tokoh-tokoh kian melewati batas teritori geografis. Namun lebih menggila lagi saat era internet datang. Di salah satu ruang kursus online ‘Riset Pemilu’ saya dan Ketua DPRD Sulsel ikut sebagai pesertanya, kami tercengang saat pemateri yang juga peneliti andal Universitas Indonesia (UI) menyebutkan internet memberi dukungan suara cukup signifikan. Kalau anda seorang politisi, saya ingin bertanya seperti apa media propaganda yang anda rancang untuk pemilu 2024?.

 

Makassar 22 Februari 2023
Zulkarnain Hamson

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles