Senin, April 29, 2024

Workshop Capacity Building ASN Pemkot Makassar Tekankan Peningkatan Social Skills-Adaptation di Era Digitalisasi

KATADIA,MAKASSAR || Lokakarya Peningkatan Kapasitas ASN Pemerintah Kota Makassar yang telah memasuki hari keempat menekankan pentingnya Peningkatan Keterampilan dan Adaptasi Sosial di Era Digitalisasi.

Dalam dua sesi penerimaan materi tersebut, para peserta yang terdiri dari ASN Pemkot Makassar belajar banyak hal baru. Terutama dalam mewujudkan empat proyek penting; aplikasi layanan pajak digital Pakinta, media untuk mendorong pertumbuhan UMKM di Lorong Wisata, mengolah sampah rumah tangga, dan menggunakan IT.

Yang terangkum dalam tema besar yaitu Program Makassar Sustainable Smart City.

Salah satu peserta workshop yang juga Kepala Bidang Perencanaan, Pengendalian dan Promosi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Makassar, Fadliah mengatakan dalam materi ini peserta belajar tentang rencana aksi Plan for Change and Communication atau perencanaan perubahan dan komunikasi .

Kemudian sesi selanjutnya adalah tentang membentuk robust learning organization for continuous learning di era digital atau membangun kekuatan organisasi untuk continuous learning di era digitalisasi.

“Hari keempat mengajarkan tentang merancang action plan di era digital, teamwork dan adaptability. Hal ini menambah pengetahuan bagaimana mengembangkan visi dan misi agar pelan-pelan bisa mencapai tujuan,” ujar Fadliah usai menerima materi di Aston, Kamis ( 9/03/2023).

Dalam kesempatan itu mereka juga belajar tentang bagaimana konsep perubahan diartikan sebagai konstanta. Pasalnya, tidak semua orang bisa menerima perubahan, oleh karena itu penting adanya kolaborasi sistem dan adaptasi terhadap perubahan.

Temasek juga memberikan beberapa permainan tim yang diarahkan untuk mengulas kata kunci dalam visi dan misi smart city ini.

“Jadi kita kaji perencanaan, kegiatan berkelanjutan. Seru, karena kita diminta mencari kata kuncinya, dan yang kita dapat adalah cerdas, berkelanjutan, gotong royong, kolaboratif,” ujarnya.

Selain itu, dalam kelompok mereka diminta saling bertukar posisi dengan tujuan agar peserta tetap adaptif namun tetap fokus pada tujuan.

“Kita bertukar posisi. Yaitu perubahan meskipun ada perubahan atau repositioning tapi kita tetap bekerja sama dan berjuang untuk tujuan yang sudah disiapkan. Intinya untuk beradaptasi di era sekarang kita harus beradaptasi dengan perubahan, kemudian mengelola organisasi , tingkatkan skill agar bisa mengikuti perkembangan zaman,” ujarnya.

Ada pun tiga poin penting yang disampaikannya, yakni ada 3H; yaitu Kepala, Hati dan Tangan.

Kepala atau pemikiran tersebut, lanjutnya, berkaitan dengan pemikiran atau konsep perubahan yang dimaksud yang implementasinya dapat dirasakan oleh semua pihak dan masyarakat juga ikut berpartisipasi di dalamnya.

Hati atau jantung. Dengan pendekatan hati atau manusia, sehingga siapapun bisa menerima perubahan atau hal baru di era digital ini.

Dan Tangan adalah kerja sama. Artinya bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

Tim Pakar Temasek SCE, Tan Kim Leng mengatakan bahwa untuk membangun kapabilitas atau keterampilan, hal utama yang harus dilakukan adalah memahami apa yang dibutuhkan dalam sebuah komunitas atau masyarakat.

Kedua, para peserta memiliki keterampilan manajerial program dan proyek. Dengan demikian, mereka dapat mengimplementasikan ide-ide tersebut sehingga terjadi perubahan.

“Jadi yang pertama adalah konsep atau cetak biru untuk mendukung tujuan utama yaitu visi smart city. Kedua, memiliki kemampuan atau keterampilan yang menjadi syarat untuk mencapai tujuan atau visi dan misi tersebut,” ujar Mr Tan.

Dalam sesi ini, jelasnya, ia juga menunjukkan contoh bagaimana Singapura melakukannya dalam beberapa dekade terakhir, apalagi ia terlibat dalam perubahan itu.

“Yang saya sampaikan disini adalah memberikan contoh bagaimana ASN Pemkot harus memulai dan melakukannya. Bukan hanya sebagian tapi mempelajari semua materinya. Karena, bagaimana dia bisa melakukan perubahan jika tidak belajar dulu,” terangnya. .

“Jadi ini adalah perjalanan menuju perubahan, dan saya merasa terhormat menjadi bagian dari perjalanan perubahan di Kota Makassar ini,” lanjutnya.

Ia yakin setelah ini akan terjadi perubahan menuju apa yang dicita-citakan Pemkot Makassar.

Apalagi budaya dan karakter masyarakat Makassar sangat baik, ramah, ramah tamah dan ikhlas. Budaya ini sangat bagus untuk perubahan yang dibutuhkan.

“Kata kuncinya adalah membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan mengelola perubahan, melalui komunikasi yang baik, kolaborasi, pelatihan,” yakinnya.

Tim Ahli SCE Temasek lainnya, Maler Ratnam mengungkapkan proyek yang berada di era digitalisasi dan pengembangan big data menghadapi banyak tantangan baru.

Dia mencontohkan, dulu kita hanya menggunakan komputer untuk mengolah data misalnya, tapi sekarang dengan aplikasi semua bisa dilakukan.

“Jadi ada sistem baru yang harus disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat, dibuat lebih ramah dan inklusif bagi siapa saja untuk bisa menerima atau mengaksesnya,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, para peserta tidak hanya menciptakan Smart City, tetapi bahkan menciptakan kondisi ekonomi hijau, pembangunan berkelanjutan dengan lebih mengembangkan visi yang ada.

Diketahui, workshop berlangsung sejak 6 Maret dan berakhir pada 10 Maret besok. (*)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles