KATADIA,PAPUA || Seorang generasi milenial yang juga anggota Bacaleng, Sepanya Degei S.Ab, menunjukkan ketertarikan dan pemahaman yang mendalam terhadap dunia politik. Pada tanggal 29 Januari 2024, di Lapangan Kompanye Lanpangan, Dr. Kaler Gobai Paniai, Papua Tengah, Degei hadir dalam acara pengambilan sumpah dan pelantikan Pendaftaran Tanah Sistematis Tahun 2024.
Dalam diskusinya, Degei menyampaikan pandangannya terkait politik yang masih dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat. Ia menyoroti bahwa pandangan negatif terhadap politik sering kali membuat banyak orang, terutama kalangan milenial, enggan terlibat dalam kegiatan politik.
“Politik sering dianggap sebagai alat yang kotor dan identik dengan korupsi,” ungkap Degei. Namun, ia menekankan bahwa pandangan tersebut seharusnya tidak merugikan semangat generasi muda untuk berpartisipasi dalam politik.
Degei menilai bahwa politik sebenarnya adalah usaha untuk mencapai kehidupan yang baik, bukan hanya alat kotor untuk mencapai tujuan tertentu. Dia mengajak para generasi milenial untuk melihat politik sebagai sarana untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Dalam konteks pemilu, Degei merinci bahwa generasi milenial memiliki peran yang signifikan. Pemilu 2019 menunjukkan bahwa sekitar 35-40 persen pemilih adalah generasi milenial. Meskipun angka ini menunjukkan potensi kuat generasi muda dalam pengambilan keputusan politik, Degei tetap menyoroti bahwa pemahaman terhadap politik perlu ditingkatkan.
“Kita harus sadar bahwa pemahaman politik penting, terutama bagi generasi milenial. Mereka perlu tahu bahwa politik bukan hanya urusan ‘orang tua’,” jelasnya.
Degei mengakui bahwa ada pandangan bahwa generasi milenial cenderung apatis terhadap politik. Data dari IDN Research Institute menunjukkan bahwa hanya 23,4 persen dari generasi milenial yang suka mengikuti berita politik. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya pendidikan politik yang lebih baik untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada generasi milenial.
“Kita tidak bisa mengabaikan generasi milenial. Mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan. Pendidikan politik harus fokus pada pemahaman konsep politik dan demokrasi, sehingga mereka bisa menjadi pemilih yang cerdas dan berpengaruh,” tambah Degei.
Dengan teknologi dan media sosial sebagai alat yang sangat dikuasai oleh generasi milenial, Degei berharap bahwa pendidikan politik dapat disampaikan melalui platform online yang dapat mencapai mereka dengan efektif. Sehingga, generasi milenial tidak hanya menjadi objek politik, tetapi juga subjek yang paham dan berperan aktif dalam membangun masa depan politik Indonesia.
Penulis: Jeri P Degei