Selasa, Juni 18, 2024

Fenomena Istiwa A’zam: Waktu Terbaik Menentukan Arah Kiblat pada Senin 27 Mei 2024

KATADIA, MAKASSAR || Senin Matahari akan tepat berada di atas Ka’bah di Mekkah, Arab Saudi, puku UUl 12.18 waktu setempat atau 17.18 WITA. Akibatnya, bayangan semua benda di permukaan Bumi yang mengalami siang hari akan mengarah ke Ka’bah. Karena itu, ini adalah waktu terbaik untuk menentukan dan meluruskan arah kiblat untuk shalat.

Fenomena Matahari di atas Ka’bah di Mekkah Arab Saudi atau disebut juga sebagai istiwa a’zam sejatinya sama dengan dengan fenomena kulminasi Matahari di berbagai daerah di Indonesia pada waktu-waktu tertentu.

Fenomena ini juga serupa dengan peristiwa Matahari di atas garis khatulistiwa yang juga sering dirayakan di Indonesia. Semua fenomena itu memiliki karakter yang sama, yaitu secara perhitungan astronomis, Matahari mencapai titik kulminasi atau titik tertinggi dalam lintasannya melewati langit sepanjang tahun.

Dengan demikian, saat tengah hari, Matahari akan benar-benar tepat berada di atas kepala pengamat di wilayah tersebut.Karena Matahari berada di atas kepala, bayangan benda akan jatuh di bawah kaki alias tidak terlihat.

Akibatnya, masyarakat di wilayah tersebut akan mengalami fenomena ”hari tanpa bayangan”. Namun, masyarakat yang berada di luar daerah yang mengalami kulminasi tersebut akan tetap melihat bayangan benda.

Kondisi itulah yang akan dialami umat Islam di Mekkah, termasuk jemaah haji Indonesia yang sudah tiba di Mekkah pada Senin (27/5/2024). Matahari mencapai titik kulminasi atau titik tertingginya pada pukul 12.18 waktu setempat atau 16.18 WIB dan 17.18 Wita. Saat itu, mereka juga akan merasakan sensasi hari tanpa bayangan untuk beberapa saat.

Sementara bagi masyarakat yang berada di luar Mekkah, bayangan benda akan terlihat seperti biasanya. Uniknya, pada saat itu, semua bayangan benda di seluruh muka Bumi yang sedang mengalami siang hari akan mengarah ke Mekkah. Karena itu, bayangan tersebut bisa dimanfaatkan untuk meluruskan arah kiblat shalat.

Pemanfaatan peristiwa Matahari di atas Ka’bah untuk meluruskan kiblat shalat itu membuat hari ini juga disebut hari rashdul kiblat atau hari meluruskan kiblat.

Teknik ini bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat masjid atau mushala yang sedang dibangun, lapangan tempat shalat Id, atau menyempurnakan arah kiblat berbagai tempat shalat yang sudah ada, termasuk yang ada di rumah, perkantoran, hingga pusat perbelanjaan.

Menurut Kepala Laboratorium Falak Fakultas Syariah dan Hukum Islam, Institut Agama Islam Negeri Suriah pebriyani jasmin, MH
”Metode Mengukur Arah Kiblat Tanpa Aplikasi mengatakan, pengukuran kiblat dengan memanfaatkan istiwa a’zam atau hari rashdul qiblat itu merupakan teknik yang mudah dilakukan oleh siapa pun.

”Dengan cara ini, kiblat bisa ditentukan tanpa aplikasi, teleskop, teodolit, atau rumus yang njlimet (rumit),” katanya. Meski cara ini sederhana dan sebagian kalangan menganggapnya tidak modern, namun cara bisa akurat jika dilakukan dengan benar dan dengan intensitas matahari yang baik dibandingkan menggunakan berbagai perangkat teknologi lain.

Cara ini juga mudah dilakukan tanpa perlu melakukan perhitungan astronomis atau teknis yang rumit. Penyempurnaan arah kiblat dengan bayangan ini juga bisa dilakukan siapa pun tanpa perlu menggunakan atau aplikasi tertentu, termasuk pengetahuan tentang cara pengoperasian dan kalibrasinya.

Rentang waktu Untuk melihat arah kiblat itu, masyarakat bisa menggunakan tongkat yang ditanam tegak atau bandul yang digantung di lapangan atau di luar ruangan. Karena posisi Indonesia secara geografis ada di tenggara Mekkah, arah kiblat adalah sesuai garis bayangan yang diperoleh yang mengarah ke barat laut. Setelah arah kiblat diperoleh, saf atau garis shalat bisa dibuat dengan posisi tegak lurus terhadap bayangan arah kiblat tersebut.

Untuk Kabupaten Bone juga dilakukan atas Himbauan Dirjen Bimas Islam yang diteruskan oleh Kepala Bidang Urais dan Bimsyar Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan, Dr.H.Wahyuddin Hakim, disikapi bersama Kantor Kemenag Bone bersama Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone yang dihadiri Dekan dan Rektor IAIN, Sementara dari Kementerian Agama Bone Kepala Sekolah MAN 1 dan 2 serta Kepala Sekolah MTsN.1 Watampone yang sekaligus mengajak beberapa murid untuk mendapatkan pelajaran tentang Ilmu Falak.

Kepala K U A Tanete Riattang Abd.Wahid Arif yang mendapat tugas dari Kabid Urais dan Bimsyar Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan didampingi Kepala KUA tellu Siattinge mengatakan telah meminta para penyuluh agama untuk juga melakukan hal yang sama di wilayahnya masing masing dengan mengajak beberapa Masyakarat, sedangkan untuk pusat kegiatan dilakukan di Lapangan Merdeka dengan kerja sama Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN yang didukung Dekan dan Rektor menjadi bukti jika semua stakeholder Sangat peduli menyempurnakan arah kiblat

“Pemilihan tempat di Lapangan Merdeka Watampone karena setiap tahun yakni Shalat Idul Fitri dan Idul Adha terkadang pula hari hari besar Islam digunakan sebagai tempat shalat sehingga bisa merekomendasikan PHBI arah yang tepat dan ternyata arah tidak tepat ke rumah Jabatan KOREM 141 Tp namun sedikit miring ke kiri atau tepat batas pagar Rujab KOREM dan Rujab Bank BRI.

Dari penjelasan Dr H.Wahyuddin, meski waktu Matahari ada di atas Ka’bah terjadi pada Senin (27/5/2024) pukul 16.18 WIB dan 17.18 Wita, mengutip berdasar perhitungan yang dilakukan Thomas, pengukuran kiblat itu bisa dilakukan dua hari sebelum dan sesudah serta 5 menit sebelum dan sesudah waktu Matahari di atas Ka’bah.

Dengan demikian, pelurusan kiblat itu bisa dilakukan antara Sabtu (25/5/2024) dan Rabu (29/5/2024) pukul 16.13-16.23 WIB atau 17.13-17.23 Wita. ”Jika langit pada Senin mendung atau hujan, masih ada kesempatan untuk dilakukan pengamatan di hari lain selama masih dalam rentang waktu yang ada,” katanya.

Selain itu, peristiwa Matahari di atas Ka’bah itu tidak hanya terjadi sekali dalam setahun, tetapi dua kali. Selain 27 Mei 2024, tahun ini Matahari akan berada kembali di atas Ka’bah pada 15 Juli 2024 pukul 16.27 WIB atau 17.27 Wita.

Saat itu, penyempurnaan arah kiblat juga bisa dilakukan kembali Posisi Matahari di atas Ka’bah yang terjadi dua kali setahun itu merupakan konsekuensi dari gerak semu Matahari akibat kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,5 derajat.

Titik terjauh atau titik balik yang bisa dicapai Matahari adalah di garis lintang 23,5 derajat lintang utara pada 20-21 Juni dan 23,5 derajat lintang selatan yang dicapai pada 21-22 Desember. Istiwa a’zam pada 27 Mei ini adalah hasil gerak Matahari dari belahan Bumi selatan ke utara dan untuk 15 Juli nanti terjadi saat Matahari bergerak dari titik balik utara ke titik selatan.

Meski demikian, posisi Matahari di atas Ka’bah pada 27 Mei dan 15 Juli itu terjadi hanya pada tahun kabisat atau tahun panjang yang ditandai adanya tanggal 29 Februari. Tahun 2024 ini termasuk tahun kabisat. Tahun kabisat ini terjadi 4-8 tahun sekali.

Sementara untuk tahun basit alias tahun pendek yang lebih sering terjadi, istiwa a’zam akan terjadi setiap 28 Mei dan 16 Juli. Namun, jam atau waktu posisi Matahari di atas Ka’bahnya tetap sama. Demikian pula rentang waktu berlakunya pelurusan kiblat, yaitu dua hari sebelum dan sesudah serta 5menit sebelum dan sesudah waktu Matahari di atas Ka’bah.

Kementerian Agama mengajak umat Islam untuk bergabung dalam gerakan Hari Sejuta Kiblat yang dilakukan pada Senin (27/5/2024) sore. Seperti apa yang dilakukan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone. (Dhani)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles