KATADIA,MAKASSAR || Seorang perupa punya cara merekam perjalanannya melalui goresan cat di atas kanvas, meski tanpa menampilkan objek-objek yang dilihatnya itu secara nyata. Namun, keindahan objek dalam wujud lukisan bisa dinikmati lewat warna-warna cerah, berani, dan penuh semangat.
Hasil eksplorasi olah rasa itulah yang disuguhkan oleh Achmad Fauzi dalam MAIMstream 2024: Journey of Mindscape, di Artmosphere Studio, Jalan Abdullah Daeng Sirua, Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, mulai Jumat, 10 Mei 2024.
“Lukisan-lukisan ini menggambarkan pengalaman saya selama dalam perjalanan. Semua ini merupakan ingatan-ingatan saya pada apa yang pernah saya lihat, yang nyaman, tenang, dan indah,” ungkap Achmad Fauzi, perupa kelahiran Makassar, 26 Mei 1970.
Terdapat 44 lukisan yang dipajang dalam pameran yang akan berlangsung hingga tanggal 20 Mei 2024 itu. Lukisan-lukisan itu dipajang pada tiga sisi berbeda. Pada satu sisi lainnya, juga memajang karya-karya Achmad Fauzi, tapi merupakan lukisan lama bertema Spirit Pakarena.
Lukisan-lukisan yang mengambil tema Journey of Mindscape dan Spirit Pakarena, sepintas tampak beda. Sebab, ada yang objeknya bisa dikenali, sementara karya-karya terbarunya mempunyai goresannya yang lebih ekspresif.
Lukisan-lukisan terbarunya itu, kata Fauzi, dikerjakan sejak akhir 2023 sampai Mei 2024. Karena pameran ini berkonsep presentasi maka pengunjung bisa melihat sang perupa berproses saat melukis.
Ditambahkan, walau lukisan-lukisan ini dipajang berderet dan rapat antara satu lukisan dengan lukisan lain, tapi jika ada pengunjung yang berminat pada salah satu lukisan itu, dia bisa membelinya secara terpisah per lukisan.
Lukisan-lukisan itu dilukis Fauzi dengan menggunakan bahan acrylic di atas kanvas seukuran 44×33 cm. Semua lukisan tersebut melalui proses seleksi sebelum dipajang dalam pameran.
“Inspirasi lukisan ini kebanyakan di Sulawesi Selatan. Misalnya, di daerah Balang Tongjong, Antang. Saya zoom objeknya dari depan rumah. Ada pula kawasan pinggir pantai di Makassar, dan kawasan urban yang menggambarkan suasana malam hari Kota Makassar,” jelas alumni Pendidikan Seni Rupa IKIP Ujungpandang, tahun 1996 itu.
Fauzi lalu membeberkan, dari mana saja ide-ide lukisannya itu diperoleh. Ada yang inspirasinya berasal dari Geopark Leang-Leang Maros-Pangkep, dari bukit karst Rammang-Rammang, yang juga di Maros.
Ide lukisan lainnya terinspirasi dari perjalanannya saat melewati Suppa, Pare-pare, dan Pinrang. Ada pula ketika ia mengunjungi kawasan wisata Bira di Bulukumba. Baginya, karang dan tebing yang dihantam ombak, menghadirkan keindahan alam.
Apalagi, di daerah ini juga dijumpai tempat pembuatan kapal Pinisi yang telah menjadi legenda. Bahkan, ketika ia bertandang ke rumah salah seorang sahabatnya, juga direkam dalam lukisan yang dipamerkannya itu.
“Kadang saya menggambar seperti biasa. Menggambar pemandangan dahulu. Namun, kali ini saya mengksplorasi pemandangan alam pikiran. Dari imajinasi yang saya ciptakan sendiri. Meski terinspirasi dari lokasi-lokasi tertentu, tapi saya berusaha menghindari kesan menggambar realis,” terang Fauzi tentang proses kreatifnya.
Dalam melukis, Fauzi banyak menggunakan warna-warna cerah karena, menurutnya, itu memberi rasa tenang sekaligus menghadirkan semangat. Warna kuning, hijau, dan merah, bisa dilihat dalam banyak lukisannya.
Beberapa karyanya itu, masih bisa dikenali objeknya, sepertri burung, rumah adat Tongkonan, yang berada di kawasan benteng Sombaopu. Selain itu, ada pula gambar perempuan yang menari dengan mengenakan baju bodo.
“Kalau yang pakai baju bodo ini istri saya. Kebetulan dia penari. Saya menghadirkan dia dalam lukisan, saat membayangkan dia duduk di tepi sawah, dengan rumah-rumah kecil, dan hamparan luas menjadi latarnya,” kata Fauzi.
Sepajang tahun 2023-2024 ini, Achmad Fauzi paling sedikit sudah mengadakan 4 kali pameran tunggal. Dalam kurun setahun terakhir, selain berpameran di Makassar, karya-karyanya juga dipamerkan di Banyumas dan Manado. Katanya, pamerannya kali ini tentang kita dan kehidupan.
“Kita dalam pengertian ini, bukan hanya sebatas pada teman-temannya sesama perupa yang tergabung di MAIM, tapi juga bisa terkait dengan keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
MAIM merupakan singkatan dari Makassar Art Initiative Movement, yakni sebuah gerakan seni rupa yang kental dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, saling dukung antarperupa, untuk terus berinovasi menghasilkan karya-karya terbaru.
Pameran yang mulai dibuka pada Jumat malam ini, tidak melalui suatu prosesi pembukaan, layaknya pembukaan pameran. Namun, terang Fauzi, hanya sekadar kumpul-kumpul beberapa orang teman, dan meminta respons dari mereka. P
ara sahabat itu, antara lain Syamsuddin Simau, Jenry Pasassan, Ahmad Anzul, Faisal Syarif, dan Haroen P Mas’ud. Menurut perupa yang sudah suka melukis sejak kecil itu, lukisan-lukisan yang dipamerkan dalam MAIMstream 2024: Journey of Mindscape beraliran abstrak-ekspresionis, dengan imajinasi yang digambarkan ulang tapi bukan diduplikasi.
“Ketika teman bertanya, kenapa berubah gaya, saya sendiri tidak merasa berubah. Karena saya terus mengeksplorasi warna dan bentuk, dengan menabrakkan warna-warna di atas kanvas,” pungkas Fauzi yang besar dalam keluarga pendidik itu. (*)