Senin, Oktober 7, 2024

Kampung Wisata Literasi Lorong Daeng Jakking: Sebuah Inovasi di Parang Tambung, Kota Makassar, Sulawesi-Selatan

KATADIA MAKASSAR  || Wisata berasal dari bahasa Sanskerta “wisata” yang berarti perjalanan atau kunjungan. Secara umum, wisata merujuk pada aktivitas seseorang atau kelompok yang bepergian ke suatu tempat untuk mencari pengalaman baru, bersantai, atau belajar sesuatu yang menarik.

Dalam perkembangannya, konsep wisata tidak hanya berkisar pada rekreasi, namun juga melibatkan aspek pendidikan, budaya, dan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu bentuknya adalah wisata berbasis literasi, yang menggabungkan edukasi dan pengembangan masyarakat sebagai daya tarik utama.

Kampung Wisata Literasi Lorong Daeng Jakking: Sebuah Inovasi di Parang Tambung, kota Makassar, Sulawesi-Selatan

Di tengah hiruk pikuk Kota Makassar, Lorong Daeng Jakking di Kelurahan Parang Tambung,kota Makassar, Sulawesi-Selatan muncul sebagai salah satu contoh sukses pengembangan kampung literasi yang memadukan pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan pariwisata. Dikenal sebagai Kampung Wisata Literasi, kampung ini tidak hanya menjadi pusat kunjungan wisata berbasis literasi, tetapi juga wadah pengembangan ekonomi masyarakat melalui berbagai program yang terintegrasi.

Kampung Wisata Literasi Lorong Daeng Jakking berperan sebagai tempat di mana masyarakat, terutama anak-anak dan pemuda, dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam berbagai bidang melalui literasi. Dalam hal ini, literasi tidak hanya berarti kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, lingkungan, budaya, dan keagamaan. Beberapa program unggulan yang ada di kampung ini antara lain:

1. Kampus Lorong
Program ini berfungsi sebagai ruang belajar bagi masyarakat setempat, yang didukung oleh berbagai universitas dan lembaga pendidikan. Kampus Lorong menyediakan akses pendidikan informal dengan materi yang beragam, mulai dari pelajaran akademik hingga keterampilan praktis. Program ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan masyarakat serta memperkuat sumber daya manusia lokal.

2. Lilin (Literasi Lingkungan Hidup)
Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, Lilin hadir sebagai inisiatif literasi lingkungan yang mendidik masyarakat mengenai pentingnya menjaga alam sekitar. Program ini mengajarkan teknik pengelolaan sampah, penghijauan, dan pelestarian ekosistem lokal. Melalui program ini, masyarakat diajak untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan kampung dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman.

3. Like (Literasi Kemitraan Ekonomi UMKM)
Program Like mendukung para pelaku usaha kecil menengah (UMKM) di Lorong Daeng Jakki dengan memberikan pelatihan dan pendampingan mengenai pemasaran, manajemen usaha, dan pemanfaatan teknologi. Dengan tujuan meningkatkan daya saing produk lokal, program ini turut mendorong pengembangan ekonomi kreatif berbasis komunitas.

4. Lipat (Literasi Pangan Terpadu)
Literasi pangan terpadu yang diperkenalkan melalui program Lipat bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan di kampung ini. Warga diajarkan cara bercocok tanam yang ramah lingkungan, pengelolaan pangan, serta teknik memasak sehat dengan bahan-bahan lokal. Selain itu, program ini juga mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya asupan gizi yang seimbang.

5. Libur (Literasi Budaya Rakyat)
Makassar kaya akan budaya dan tradisi yang harus dilestarikan. Libur hadir sebagai wadah bagi masyarakat untuk mengenal dan melestarikan kebudayaan lokal melalui berbagai kegiatan seni seperti tari, musik tradisional, hingga pementasan cerita rakyat. Program ini tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkaya pengalaman para pengunjung.

6. Beli (Beranda Literasi)
Beli merupakan ruang baca terbuka yang dirancang di setiap sudut kampung, di mana masyarakat dapat membaca buku dan mendapatkan informasi penting dengan mudah. Konsep beranda literasi ini bertujuan untuk menciptakan budaya membaca di tengah masyarakat, sehingga literasi semakin akrab dan terjangkau bagi semua kalangan.

7. Taliqu (Taman Literasi Quran)
Dalam rangka memperkuat nilai-nilai spiritual dan pendidikan agama, Taliqu hadir sebagai taman literasi yang berfokus pada pendidikan Al-Quran. Program ini mengajarkan anak-anak dan remaja untuk mempelajari dan menghafal Al-Quran, serta memahami nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Ini menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan religi yang ingin melihat kehidupan spiritual masyarakat lokal.

8. Laju (Literasi Anak Juara)
Laju adalah program yang dirancang khusus untuk anak-anak, bertujuan untuk mengembangkan minat baca dan kecerdasan mereka melalui kegiatan belajar yang interaktif dan menyenangkan. Program ini mencakup berbagai kegiatan seperti lomba membaca, diskusi buku, hingga pelatihan menulis kreatif. Dengan pendekatan yang menarik, Laju berupaya menciptakan generasi muda yang cerdas dan kreatif.

Pengembangan Ekonomi dan Potensi Wisata
Kampung Wisata Literasi Lorong Daeng Jakking tidak hanya menjadi pusat literasi, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata edukatif. Pengunjung dari berbagai daerah dapat datang untuk belajar, terlibat dalam kegiatan-kegiatan literasi, dan menikmati kekayaan budaya serta kuliner lokal. Dengan adanya program-program literasi seperti Lilin, Lipat, dan Like, masyarakat setempat tidak hanya mendapatkan ilmu baru, tetapi juga mampu mengembangkan usaha lokal mereka.

Salah satu dampak positif dari program ini adalah peningkatan ekonomi masyarakat melalui UMKM yang berkembang pesat berkat bimbingan dari program Like. Produk-produk lokal yang dihasilkan oleh warga, seperti makanan khas, kerajinan tangan, dan hasil pertanian, kini mulai dikenal luas oleh para wisatawan dan mendapatkan pasar yang lebih luas.

Selain itu, kegiatan budaya yang dihadirkan melalui Libur juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang budaya dan tradisi lokal. Keberagaman program literasi ini menjadikan Kampung Lorong Daeng Jakking sebagai contoh ideal dalam pengembangan desa wisata berbasis literasi dan ekonomi.

Rahman Rumady,S.L.PEM selaku founder komunitas Anak Pelangi menyampaikan bahwa, visi Kampung Wisata Literasi K-APEL adalah menjadi pusat pemberdayaan masyarakat berbasis literasi di bidang pendidikan, ekonomi, budaya, dan lingkungan yang mendukung terwujudnya masyarakat, mandiri, serta berbudaya, dengan semangat kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh warga dalam menciptakan kampung yang inklusif, kreatif, dan berdaya saing, serta berkelanjutan.

Dan misi adalah mengembangkan program literasi komprehensif yang mencakup Literasi Anak Juara (LAJU) dan Taman Literasi Qur’an (TALIQU), guna membangun karakter masyarakat melalui pendidikan agama dan umum yang berkualitas. juga mendorong masyarakat menjadi pembelajar aktif, kritis, dan berakhlak mulia, dengan menyediakan sarana belajar yang menyenangkan dan mendukung kreativitas.

Serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui program Literasi Kemandirian Ekonomi (LIKE) dan Literasi Pangan Terpadu (LIPAT) dengan memanfaatkan potensi lokal serta mendorong kemandirian ekonomi berbasis lingkungan. Program Literasi Lingkungan (LILIN) dan Literasi Budaya Rakyat (LIBUR) juga menjadi landasan dalam menjaga kearifan lokal dan keberlanjutan alam, sekaligus memperkuat identitas budaya kampung sebagai destinasi wisata berbasis edukasi dan lingkungan.

Penyadaran memiliki makna yang berarti bahwa masyarakat yang berdomisli di lorong-lorong kota secara keseluruhan sadar bahwa mereka mempunyai tujuan dan permasalahan. Namun, masyarakat tersebut juga sadar akan menemukan peluang dan memanfaatkannya, menemukan sumberdaya yang telah ada di tempat mereka tinggal.

Melalui pendidikan berbasis masyarakat adalah upaya penyadaran masyarakat akan terus berkembang untuk semua kalangan baik itu kalangan orangtua, wanita maupun kaum miskin, supaya menjadi kokoh menghadapi perkembangan global masyarakat tidak cukup dengan suatu keterampilan saja namun juga harus diorganisir.

Organisasi berarti segala sesuatu yang dikerjakan dengan cara yang teratur, ada pembagian tugas antara individu yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan ada kepemimpinan yang tidak hanya terdiri dari segelintir dosen sekampus, tetapi Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia, yang berpusat di Kabupaten Gowa menghadirkan dosen-dosen di Sulawesi Selatan dalam menjawab tantangan masyarakat lorong & bersinergi dengan Komunitas Pelangi untuk mengambil peran kekinian, demikian Penjelasan Dr.Sumarln Rengko HR, S.S., M.Hum., selaku ketua Yayasan Aruna Ikatuo Indonesia sekaligus Akademis Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya ini.

Dr. Dirk Sandarupa,M.Hum (Ketua Lembaga Aruna Ikatuo Indonesia/Dosen S1 Prodi Unhas) pun menyimpulkan bahwa Kampung Wisata Literasi Lorong Daeng Jakking di Parang Tambung, Makassar, adalah bukti nyata bahwa literasi dapat menjadi kunci pengembangan masyarakat dan ekonomi lokal.

Dengan mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, lingkungan, ekonomi, budaya, dan spiritualitas, kampung ini telah berhasil menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kampung ini tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga inspirasi bagi daerah lain di Indonesia yang ingin mengembangkan potensi lokal melalui literasi.

Hasil penamaan Kampung Wisata Literasi disetujui oleh Rahman Rumady, Dirk Sandarupa, Sumarlin Rengko, dan didukung dari beberapa kolega dari berbagai Universitas seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Negri Makassar, Politeknik LP31 Makassar, Arum Pala Group, Universitas Muslim Maros, Universitas Indonesia, Universitas Sawerigading, Universitas Handayani, dan Universitas Patompo Makassar.(**)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles