KATADIA, MAKASSAR || Gerakan Sayang Buku Sulawesi Selatan membimbing dan mendampingi khusus guru-guru Sekolah Islam Athirah yang tergabung dalam Gerakan Athirah Menulis (Gema Athirah) untuk menulis dan menerbitkan buku dalam “One Teacher One Book”.
Bimbingan dan pendampingan khusus intensif berlangsung selama 18 pertemuan dimulai sejak September 2021 hingga Januari 2022 ini.
Koordinator Mentor Pembimbing Gerakan Athirah Menulis-Gerakan Sayang Buku Sulsel, Bachtiar Adnan Kusuma, menegaskan kalau pihaknya menurunkan Tim pembimbing pengajar dan praktisi dari para penulis kenamaan dan akademisi yang handal.
Misalnya saja, lanjut Tokoh Literasi Nasional ini, ia menurunkan penulis novel dan Managing Editor Penerbit Yapensi Adi Wijaya, Sastrawan dan Budayawan Yudhistira Sukataya, Akademisi Dr. Sumarlin Rengko HS, S.S.M.Hum., Praktisi media digital dan penulis Herman Lilo, Prof.Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum.
BAK juga menegaskan kalau bimbingan dan pendampingan intensif Gerakan Menulis Athirah adalah contoh dan keberpihakan sekolah terhadap Gerakan Literasi dan Numerasi di Sulawesi Selatan.
“ Sekolah Islam Athirah jadi contoh satuan pendidikan terbaik dan utama menempatkan membaca dan menulis sebagai sesuatu yang sangat penting” kata Sekjend Asosiasi Penulis Profesional Indonesia Pusat ini.
Sementara itu, Tim mentor Gerakan Sayang Buku Sulsel untuk Gerakan Athirah Menulis, Adi Wijaya mengakui sejak pertamakali pertemuan digelar pada September 2021 hingga Sabtu, 30 Oktober 2021, para peserta telah mengajukan lima judul buku.
Judul-judul buku dari para peserta menurut Adi, cukup menarik dan menantang. Milsanya: Patangko Siri (novel), 18 Hari Mahir Menulis(Diseminasi Gerakan Literasi Athirah), Pancangkan Siri, Teguhkan Makunrai, Goresan Penaku dan Belajar dari Guru Athirah.(***)
