Sabtu, Mei 18, 2024

Visi dan Perspektif Pendidik

KataDia, BANTAENG || TIDAK ingin guru menanggung dosa, bagian dari visinya menjaga amanah jabatan selaku orang yang ditugaskan oleh pemerintah, di bidang pendidikan tentu sedikit mengherankan. Jika anak didik tumbuh dan meraih jenjang pendidikan tertinggi, namun tak juga memberikan kemampuan untuk berubah lebih baik, tercerabut dari adat budaya, menurutnya bukan saja guru melainkan dirinya sebagai pengatur jalannya pendidikan ikut berdosa.

Drs. Muhammad Haris, M.Si. berpegang pada prinsip yang diyakininya, tentang dosa yang sebagai pemimpin para guru di kabupaten yang sekarang menugaskannya sebagai kepala dinas pendidikan.

Prinsip ini, membuat lelaki yang meninggalkan Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, atas permintaan Gubernur Prof. Nurdin Abdullah, menuju ‘Butta Toa’ Kabupaten Bantaeng, untuk mengemban amanah sebagai Kadis Pendidikan, semakin menguatkan tekadnya membangun Sumber Daya Manusia (SDM) tanah leluhur yang dicintainya itu.

Memenuhi undangannya yang sudah hampir 4 bulan tak bisa kupenuhi, Selasa 12 Oktober 2021, saya menyempatkan diri mengunjungi Drs. Muhammad Haris, di ruangan kerjanya, menjelang sore saya bersama Ketua Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Bantaeng Alimin Vanzer , dan Pemimpin Redaksi katadia.co, Anjas Abdullah kami berdiskusi tentang menemukan pola pendidikan yang berpihak pada kebutuhan siswa, baik di pegunungan, pesisir pantai, dan kawasan perkotaan. “Tidak boleh ada anak-anak yang berhenti sekolah, dengan alasan apapun.”

Diskusi bersama Kadis Pendidikan Bantaeng, Drs Muhammad Haris.M.si

Diskusi kami berjalan hingga dua jam lebih, kepala dinas pendidikan yang satu ini memang beda. Demikian rigid uraian pola pengembangan pendidikan yang ada dalam benaknya, guru yang terus berinovasi, siswa yang berkebutuhan khusus, jejaring kerja para pendidik yang bertingkat, dari klaster ilmu, wilayah hingga pola koordinasi telah dibangunnya di Bantaeng.

Tersisa pendekatan yang menurutnya dalam waktu dekat akan segera direalisasikannya, sehingga harapan terwujudnya tata kelola pendidikan semakin mengarah dan mencapai apa yang disebutnya visi dan misi.

Sebagai orang yang juga bekerja dalam lini kerja pendidikan, saya mendengarkan dengan saksama penjelasan, uraian juga setiap detail pikirannya. Sungguh sebuah cita-cita yang tidak hanya memicu harapan, juga membuka wawasan.

Saya juga berterima kasih, atas kerendahan hatinya mau mengundang saya berdiskusi, dan meminta saran atas apa yang disebutnya sebagai upaya memperbaiki bukan hanya Indeks Pembagunan Manusia (IPM) yang indikatornya sangat tidak rasional, melainkan membangun sumber daya manusia yang sesungguhnya.

Diskusi masih belum kunjung usai, saya harus pamit untuk pulang ke Makassar, karena subuh akan bertolak ke Manokwari, Papua Barat, untuk tugas giat literasi media.

Saya ingin berlama-lama mendengarkan bagaimana konstruksi dunia pendidikan yang sudah dijalankannya di Bantaeng, langkah yang memang tak bisa diukur hanya dalam hitungan bulan,

Namun saya sangat percaya suatu waktu, dalam beberapa tahun ke depan, apa yang dijelaskannya dan dijalankannya saat ini, akan membawa Bantaeng terdepan.

“Kami bersepakat untuk bertemu kembali, saya menyampaikan terima kasih kepada Ketua JOIN Bantaeng, dan Bung Anjas, yang telah berbaik hati menemani saya saat berdiskusi berlangsung. Kami berempat menghirup kopi produksi petani Bantaeng yang nikmat itu, mengunyah ‘baruasa’ kue khas daerah Bugis Makassar.

Beranjak meninggalkan ruangannya di lantai dua gedung dinas pendidikan, pria paruh baya yang bersahaja itu terlihat sendiri di kantornya, semua pegawai sudah pada pulang. Saya mendapat pelajaran baru, dari orang yang punya visi membangun pendidikan bangsa ini.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles