KATADIA, MAKASSAR || Jika ada orang yang suka bernyanyi, maka seperti itulah Rosita Desriani terhadap puisi. Perempuan kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, 11 Desember 1982 ini selalu bersemangat meski didadak membaca puisi. Dia, dengan penghayatan penuh, akan membacakan puisi yang sudah dihafalnya secara baik.
Saat masih duduk di bangku SD Inpres Mallawa, dia belum memperlihatkan minatnya pada puisi. Kesukaan Ita, begitu sapaan akrabnya, terhadap puisi nanti tumbuh kala dia berseragan MTsN Manggempang, Barru. Artinya sudah hampir tiga dekade dia membaca puisi.
“Saya suka puisi karena diberi motivasi oleh Guru Bahasa Indonesia. Namanya Ibu Muhsanang. Namun, setelah tamat dari MTsN, tahun 1997, kesukaan saya itu tidak berlanjut di SMA,” terang Ita, yang merupakan alumni SMA Negeri 1, Barru, tahun 2000.
Setamat SMA, Ita masuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNM, dan tamat tahun 2005. Selama jadi mahasiswa, dia punya seabrek aktivitas di organisasi.
Rosita Desriani tercatat pernah menjadi Ketua Umum Bengkel Sastra, periode 2002-2003. Pernah sebagai Sekertaris Bidang pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FBS UNM, tahun 2002-2003. Pernah pula tercatat sebagai Pengurus DKMM, tahun 2002-2005, dan Pengurus UKM Seni UNM, tahun 2002-2003. Sejak tahun 2009, Ita mengabdi di almamaternya sebagai Staf Akademik Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) FBS UNM.
Meski pernah manggung membaca puisi di MTsN, tapi diakui bahwa dirinya baru benar-benar menggeluti puisi waktu masuk perguruan tinggi. Ada sejumlah puisi yang pernah dibacakan dalam berbagai pertunjukan. Namun, ada puisi tertentu yang sudah dihafal saking seringnya diminta secara mendadak membaca puisi dalam suatu acara.
Ketika ditanya, dari puisi-puisi yang dibaca itu, penyair mana yang dia suka baca karyanya? Ita menyebut beberapa nama, yakni WS Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Wiji Thukul, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, Yudhistira Sukatanya, Rusdin Tompo, Asia Ramli Prapanca, Aspar Paturusi, dan Maysir Yulanwar dengan puisi-puisi pendeknya.
“Suka saja hehehehe,” jawab Ita singkat sambil tersenyum, begitu ditanya mengapa dia menyukai karya-karya mereka untuk dibacakan.
Walau sudah bekerja dan berkeluarga, kecintaan Ita pada dunia seni dan sastra tak pernah surut. Dia masih menaruh perhatian pada adik-adiknya dengan menjadi Pembina Bengkel Sastra JBSI FBS UNM 2005-sekarang. Dia pernah aktif sebagai Bendahara 1 Dewan Kesenian Makassar, tahun 2015-2019, dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Gowa, tahun 2019-2021.
Saat ini, Ita merupakan anggota Komunitas Puisi (KoPi) Makassar. Juga Ketua Bidang Pengembangan dan Penelitian Kesenian Dewan Kesenian Gowa, tahun 2021-2025. Jabatan lainnya sebagai Wakil Bendara Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD) Sulawesi selatan 2023-2028, Bendahara Umum Satupena Provinsi Sulawasi Selatan, tahun 2022-2025, dan Pengurus Himpunan Pembina Bahasa Indonesia Sulawesi Selatan periode 2023-2026. Dia juga merupakan Pengurus Studi Teater Tambora, tahun 2022-2025.
“Ada beberapa tantangan terkait dengan pembacaan puisi. Antara lain, bagaimana kita sendiri sebagai pembaca mampu menginterpretasikan puisi yang kita bawakan. Sehingga bisa menggugah imajinasi, rasa, dan batin  pendengar atau audiens agar mereka masuk ke dalam puisi yang kita bawakan,” papar Ita, dalam obrolan via WhatsApp, Jumat, 15 Maret 2024.
Dia lalu memberi kiat, apa saja yang perlu diperhatikan kalau membaca puisi. Katanya, sebelum membaca puisi di hadapan orang banyak, seorang pembaca puisi perlu mempelajari dan menghayati terlebih dulu puisi tersebut. Sarannya, sebaiknya membaca puisi yang dikuasai.
Dari kebiasaannya tampil membaca puisi, Ita merasakan manfaatnya. Dia mengaku merasa nyaman, saat menyampaikan pesan dari puisi yang dibaca sebagai gambaran kenyataan kepada pendengar. Menghidupkan larik-larik puisi kepada pendengar atau penonton merupakan kenikmatan tersendiri.
Terkait kehadiran komunitas-komunitas sastra, Ita menilainya bagus. Hanya saja, komunitas-komunitas sastra yang sudah ada itu perlu dihidupkan. Sementara, terkait kegiatan pembacaan puisi atau lomba-lomba yang digelar selama ini, menurutnya, patut diapresiasi. Apalagi, pembacaan puisi dan lomba-lomba yang diadakan itu kian marak dan dalam berbagai tingkatan, mulai dari anak TK sampai orang dewasa.
Ita punya segudang pengalaman di bidang perpuisian. Dia pernah sebagai pelatih dan pendamping siswa SMP Pallangga dan Bontonompo Kabupaten Gowa untuk tulis dan baca puisi, tahun 2017-2019. Sebagai pemateri penulisan kreatif puisi pada Pengabdiaan kepada Masyarakat di Kabupaten Pinrang, tahun 2020. Pemateri Pelatihan Cipta dan Baca Puisi Lingkungan Hidup pada Kegiatan Pengabdiaan kepada Masyarakat UNM di Kabupaten Majene, Provinsi Sulbar, tahun 2022. Juga Pemateri Menulis Kreatif Puisi dan Teknik Baca Puisi di UPT SMK Negeri 2 Gowa.
Masih ada lagi, sebagai Pemateri Workshop Apresiasi Puisi pada Inaugurasi Mahasiswa Prodi PGMII Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin, tahun 2023. Diundang oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong, Papua Barat untuk membaca puisi. Sebagai pembaca puisi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-9 di Jakarta. Membacakan puisi pada acara HUT RI di rumah jabatan Bupati Selayar, juga saat perayaan Milad Mentan, Syahrul Yasin Limpo, dan membaca puisi bersama budayawan Setiawan Djodi.
“Perlu upaya untuk memajukan sastra, khususnya puisi. Caranya, melalui pelatihan atau workshop pembacaan puisi, tentu dengan proses olah tubuh, olah rasa dan olah vokal,” imbuhnya.
Selain membaca dan terlibat dalam pelatihan penulisan puisi, Rosita Desriani juga sarat pengalaman menjadi juri. Dia merupakan Juri Puisi FLS2N Tingkat Kabupaten Gowa, tahun 2019. Bahkan Juri Puisi FLS2N Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan di tahun yang sama. Dia juga Juri Puisi pada Makassar Bersyair se-Sulawesi Selatan, tahun 2019, Juri Puisi pada Olimpiade Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat SMA se-Sulsel, tahun 2019-2022, dan Juri Cipta dan Baca Puisi tingkat Pelajar SMP/Sederajat se-Kabupaten Mamuju Tengah, tahun 2020.
Pengalaman lainnya, sebagai Juri Puisi pada Festival Budaya dan Bahasa Tingkat SD dan SMP kabupaten Gowa, tahun 2020, Juri Puisi pada Festival Budaya dan Bahasa Tingkat SD kabupaten Gowa, tahun 2022, dan Juri Seni pada Festival Ekonomi Syariah (FESyar) di Mamuju Sulawesi Barat, tahun 2019-2022. Selain itu, Juri Puisi pada Back to 1945 di Universitas Ciputra, tahun 2022, Juri Lomba Baca Puisi Tingkat SMP se- Sulawesi Selatan GALAKSI 2022 UIN Alaudin Makassar, dan Juri Lomba Baca Puisi dan Mendongeng pada Festival Budaya Nusantara (FBN) se-Kota Makassar, Sekolah Islam Athirah Wilayah Kajaolaliddo, tahun 2023.
Di tahun 2023, Rosita Desriani tetap dipercaya jadi Juri Lomba Cipta Baca Puisi Tingkat SMP/Sederajat Sulsel pada GALAKSI UIN Alauddin Makassar. Pada tahun ini, dia sudah mengisi deretan kursi lomba sebagai juri. Antara lain, Juri Cipta Baca Puisi Pada HARMONI JBSI UNM, tahun 2024, Juri Lomba Baca Puisi dan Pidato pada Festival Budaya Nusantara Ke-10 Tingkat SD se-Kota Makassar dan sekitarnya , Sekolah Islam Athirah Kajalaliddo, tahun 2024, dan Juri Lomba Puisi pada HUT ke 44 Yayasan Kemala Bhayangkari Sulsel, tahun 2024.
Anaknya, Nufah Maretzha Multazimah, ternyata mewarisi bakat ibunya. Dia misalnya, pernah menyabet Juara 1 Lomba Baca Puisi Makassar pada Festival Tunas Bahasa Ibu Kabupaten Gowa dan Juara 1 Lomba Baca Puisi Bahasa Makassar pada Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Sulawesi Selatan, tahun 2022.
“Alhamdulillah, Yezha pernah menghadiri acara puncak Festival Bahasa Ibu Nasional di Jakarta pada 12-16 Februari 2023 di Jakarta,” kata Ita tentang anaknya itu, penuh syukur. (*)