KATADIA, BONE || Praktik pernikahan dini tetap marak, meskipun pemerintah sudah merevisi batas usia minimal perkawinan di Indonesia menjadi 19 tahun melalui Undang-undang Nomor 19 tahun 2019.
Selain itu, ada aturan yang menetapkan penyimpangan batas usia minimal dalam pernikahan hanya bisa dimohonkan dispensasi ke pengadilan. Faktanya, regulasi ini belum menekan praktik pernikahan dini di Indonesia. Dispensasi ke pengadilan semakin meningkat.
Pernikahan dini berdampak pada segi emosional, anak dapat dikatakan belum mampu dan siap menghadapi berbagai risiko dalam berumah tangga karena berada pada usia yang butuh banyak waktu untuk bermain dan belajar.
Sedangkan dari segi kesehatan secara fisik bagi perempuan, tubuh anak usia di bawah 19 tahun masih mengalami pertumbuhan, terutama pada bagian rahim. Apabila anak sudah kawin pada rentang usia tersebut, potensi terkena kanker mulut rahim akan membesar.
UPT Puskesmas Ulaweng terus melakukan edukasi mengenai Bahaya Pernikahan Dini di kalangan remaja SMA pada kegiatan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) yang dilaksanakan di SMAN 15 Bone. Sabtu (28/08/2022).
Materi Bahaya Pernikahan Dini di bawakan langsung Oleh Kepala UPT Puskesmas Ulaweng A.Makkulasse, S.Sos,SKM.,M.Si. “Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat baik untuk menambah wawasan siswa terhadap bahaya pernikahan dini khususnya untuk kesehatan.
“Pernikahan yang direncanakan dengan tidak matang akan melahirkan anak stunting.Dengan harapan anak-anakku para siswa lebih memikirkan secara matang apabila suatu saat hal ini terjadi, baik itu kepada diri sendiri atau di lingkungan sekitar”, ucapnya
Kegiatan ini disambut antusias oleh siswa yang mengikuti LDK di SMAN 15 Bone.
Sumber: A.Ratu Tris Syahrani, SKM
