KATADIA LUWU TIMUR || Lembaga Adat Kerajaan Matano, bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyelenggarakan Seminar Peradaban Matano di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur. Pada Selasa 15 Oktober 2024
Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan peradaban Matano yang sangat tua dan berperan penting dalam perkembangan peradaban besi di Sulawesi Selatan, terutama sebagai penghasil bijih besi sejak abad ke-6 hingga abad ke-14 Masehi.
Seminar ini dihadiri oleh berbagai tokoh adat dari beberapa daerah. Di antaranya Mokole Mori dari Kolonodale, Sulawesi Tengah, Arman Marunduh yang juga anggota DPRD Morowali Utara, serta Mokole Wonua Ndinudu dari Konawe, Sulawesi Tenggara, Ajemain Soroambu. Pemangku adat lokal yang hadir termasuk Pabitara (H. Abutar Ranggo, Agustam, H. Lahab, Ahmar Ranggo, dan Salmin Amrin), Mohola To Karunsie, Mentani Podengge, Haryadi Pengke, serta rombongan pemangku adat lainnya.
Kerajaan Matano dan Sejarahnya
Kerajaan Matano dikenal sebagai salah satu kerajaan tertua di Sulawesi Selatan, berdasarkan tradisi lisan serta hasil penelitian arkeologis oleh OXIS Project dan Puslit Arkenas. Artefak seperti tembikar, gerabah, makam, dan peninggalan lainnya menunjukkan bahwa peradaban Matano sudah ada sejak abad ke-6 Masehi. Teknologi metalurgi kuno di Matano, terutama dalam pengolahan bijih besi, sangat berpengaruh pada perdagangan besi di Sulawesi dan luar daerah, termasuk Jawa dan Sumatera.
Peran BRIN dalam Menggali Sejarah Matano
BRIN turut mendukung upaya penguatan narasi sejarah Kerajaan Matano melalui penelitian ilmiah yang dilakukan dari 18 Juli hingga 1 Agustus 2024. Penelitian ini melibatkan wawancara dengan tokoh adat, kajian literasi Matano, dan kunjungan ke situs-situs cagar budaya. Hasil penelitian ini akan didokumentasikan dalam sebuah buku yang rencananya diluncurkan pada Desember 2024.
Kekayaan Peninggalan Peradaban Matano
Peninggalan peradaban Matano mencakup berbagai artefak sosial dan teknologi. Dalam aspek sosial, terdapat gerabah dan tembikar kuno yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aspek teknologi, terdapat peninggalan pandai besi, sisa tungku pembakaran besi, serta senjata pusaka seperti Ponai yang dibuat dari bahan nikel yang banyak ditemukan di sekitar Danau Matano.
Antusiasme Masyarakat Matano
Masyarakat Rahampuu Matano sangat antusias mengikuti seminar ini, karena merupakan yang pertama kali diadakan di Luwu Timur. Mereka berharap agar pemerintah dan perusahaan tambang di Sorowako lebih menghormati dan mendukung keberlanjutan budaya Matano. Seminar ini juga diharapkan menjadi langkah awal dalam memajukan sektor pariwisata di Danau Matano agar lebih dikenal secara nasional dan internasional.
Pengaruh Seminar terhadap Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Seminar Peradaban Matano diharapkan menjadi landasan untuk pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Luwu Timur. Danau Matano, yang selama ini menjadi daya tarik wisata, diharapkan dapat lebih dipromosikan secara luas seperti halnya Danau Toba. Kolaborasi antara Lembaga Adat Kerajaan Matano dan BRIN juga direncanakan berlanjut dengan peluncuran buku peradaban Matano sebagai bukti ilmiah kekayaan sejarah Matano.
Pentingnya Mengenal Peradaban Matano
Penting bagi generasi muda untuk mengenal kembali jejak peradaban Matano. Tradisi dan bahasa adat Matano yang terancam punah perlu dijaga agar tetap hidup dan diteruskan kepada generasi mendatang.
Peran Kerajaan Matano dalam Sosial Ekonomi dan Budaya
Kerajaan Matano juga berperan penting dalam menjaga pluralisme dan keamanan di Sorowako, kota tambang dengan keberagaman suku dan agama. Selain itu, kerajaan ini turut melestarikan nilai-nilai budaya dan adat istiadat bersama Pemerintah Daerah Luwu Timur, khususnya dalam menjaga situs-situs cagar budaya Matano.(**)