KATADIA,MAKASSAR || Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di UPT SPF SD Negeri Borong, berlangsung meriah, Sabtu, 17 Desember 2022. P5 merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasila.
“Gelar karya ini merupakan program wajib dan punya rapornya sendiri karena meruiuk pada P5,” jelas Syahrina, S.Pd, Ketua P5 UPT SPF SDN Borong.
Guru yang akrab disapa Bu Rina, yang juga wali kelas 4A itu menambahkan, ini wajib dilakukan karena merupakan implementasi kurikulum merdeka (IKM). Ada beberapa kriteria penilaiannya, yakni awal berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, dan sangat berkembang. Aspek penilaian ini dilakukan di setiap sub elemen P5.
Dalam profil pelajar Pancasila itu, terdapat enam elemen, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinnekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Bu Rina menambahkan bahwa setiap tahun ada dua tema, di mana satu semester satu tema.
Untuk kelas 1 dan kelas 2 fase A, temanya kearifan lokal, topiknya makananku, budayaku. Untuk kelas 4 dan kelas 5, temanya gaya hidup berkelanjutan, dengan topik kurangi sampah plastik, hidup jadi asyik.
Ada 12 aktivitas berkaitan dengan gaya hidup berkelanjutan. Semua tahap-tahap pembuatannya divideokan untuk melihat proses perubahannya. Kegiatan daur ulang yang dilakukan itu berkolaborasi dengan orangtua.
Menurut Bu Rina, kegiatan gelar karya ini mengkolaborasikan antara kearifan lokal dan kewirausahaan. Makanya, selain ada pertunjukan seni tradisional, juga diadakan market day. Diakui bahwa kurikulum ini betul-betul memberi ruang agar anak yang aktif dan mereka dipetakan berdasarkan potensinya. Sebaliknya, guru pun dituntut untuk kreatif.
Gelar karya di sekolah yang berada di Jalan Borong Raya Nomor 8, Kecamatan Manggala, Makassar, itu tetap diminati penonton meski hujan turun. Di panggung kreativitas, anak-anak secara bergantian tampil.
Begitu anak kelas 1 B tampil membawakan tarian empat etnis, orang tua dan teman-teman mereka langsung berteriak serentak, histeris. Guru wali kelasnya Neni Wahyuni Wahab, S.Pd, juga terlihat tersenyum lebar, puas melihat penampilan anak-anak didiknya.
Ada beberapa tarian yang ditampilkan, seperti tari manuk dadali, asal Jawa Barat, tari yamko rambe yamko asal Papua, dengan rumbai-rumbai yang dibuat dari tali rafia. Juga ada tarian melayu dan tari kreasi dengan menggunakan busana warna pink dan bando dari bahan daur ulang berbahan kain flanel.
Dalam kegiatan ini juga ada kisah tentang Nabi Musa yang diceritakan seorang siswa. Menariknya, MC yang memandu acara adalah siswa sendiri, murid kelas 5B, bernama Fadilah Faidah Fauziah.
Untuk penganan yang ditampilkan bertema kearifan lokal, topiknya, makananku, budayaku. Bu Uni, begitu Neni Wahyuni Wahab disapa, menjelaskan bahwa ada empat jenis makanan, yang ditampilkan, terdiri dari 2 tradisional dan 2 modern kesukaan anak-anak, yakni donat dan puding.
Hj Hanidah, S.Pd, guru kelas 6, menambahkan, anak-anak mendokumentasikan proses pembuatan kuenya dalam bentuk video yang diposting di medsos. Kue-kue yang dibuat itu antara lain, sanggara balanda, onde-onde, barongko, taripang, cangkuning dan dadar.
Semua kue-kue tradisional itu diatur rapi dan dipamerkan. Anak-anak meladeni pengunjung untuk menjelaskan tentang kue-kue yang ditampilkan itu. Mereka bisa menjawab ketika ditanya bahan dan cara pembuatannya.
Kata Bu Uni, kegiatan P5 ini baru gelar karya, belum panen raya. Karena baru berupa gelar karya maka yang terlibat hanya empat kelas. Angkatan I terdiri dari kelas 1 dan kelas 4, sedangkan angkatan II, kelas 2 dan kelas 5.
Murid-murid yang ikut dalam kegiatan terlihat menikmati pertunjukannya. Misalnya, Alghifari, murid kelas 1B, yang tampil menari ganrang bulo. Ini penampilan ketiganya dalam kegiatan yang diadakan di sekolah.
