Oleh : Masitah (Pegiat Media Maros)
Tubuh rasanya bergetar saat membaca berita dari media republika.co.id (8/2/2024) terkait kasus pembunuhan yang menimpa 1 keluarga di Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Kepolisian Resor PPU mengungkap kasus pembunuhan oleh seorang remaja berinisial J (16 tahun) terhadap satu keluarga berjumlah lima orang.
Diduga motif pembunuhan yang terjadi di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu karena persoalan asmara dan dendam pelaku terhadap korban. Antara pelaku dengan korban saling bertetangga. Peristiwa sadis ini bermula karena sebelum kejadian pelaku sempat berpesta miras bersama teman temannya.
Pembunuhan menjadi tindakan yang nampak mudah, silih berganti media memberitakan kasus pembunuhan atas dasar asmara, cemburu, hutang, ekonomi, dan sebagainya. Padahal setiap persoalan yang dihadapi tidak harus berujung pada pembunuhan, apalagi negeri ini adalah negeri hukum.
Namun, seolah-olah pembunuhan menjadi jalan teraman untuk mengakhiri persoalan hidup. Tak bisa dipungkiri memang kehidupan saat ini sangat pelik.
Akal masih merasa tak terima dengan remaja J yang tega menghabisi satu keluarga dalam semalam. Meskipun dikuasai ketidaksadaran akibat dari miras, tetap saja mengapa sampai berpikiran untuk melenyapkan nyawa 5 orang.
Padahal masih duduk di bangku SMA yang harusnya lebih fokus ke sekolah dan menata untuk kehidupan ke depan nantinya. Menimbulkan pertanyaan besar sistem pendidikan yang dia dapatkan. Mengapa sampai hal sesadis ini terjadi dan dilakukan oleh anak dibawah usia.
Hal ini tidak berlepas dari sistem pendidikan kita yang berlandaskan asas sekulerisme. Sistem ini lahir dari sistem hidup kita yang menganut sistem kapitalisme dimana memisahkan kehidupan sehari-hari dengan agama. Inilah yang mengindikasikan rapuhnya mental generasi kita.
Dalam sistem ini menyuguhkan kebebasan bagi siapa saja untuk beraktivitas sesuai keinginan mereka, sebab aturannya pun lahir dari akal manusia. Sehingga setiap kerusakan atau kriminalitas sah-sah saja dilakukan sebagai wujud ekspresi diri yang bebas.
Hukum pun menggunakan sistem tebang pilih dan masih bisa dikompromikan dihadapan materi, sehingga tak ada sanksi yang tegas, bahkan tak memberi efek jera.
Selain itu, miras pun dilegalkan untuk dikonsumsi dan dijual bebas di pasaran. Padahal sudah jelas efek samping dari konsumsi miras bisa merusak akal dan membahayakan diri bahkan orang sekitar. Menjadi pertanyaan mengapa anak di bawah umur bisa mendapatkan dan mengkonsumsi miras secara bebas?
Namun dalam kapitalisme tentu bisa, sebab orientasi kehidupan fokus pada materi belaka. Meskipun sudah dilarang tetap saja masih dilakukan atas dasar kebutuhan ekonomi. Sekalipun dengan cara sembunyi-sembunyi.
Tak ada halal dan haram pada sistem ini, apa saja bisa dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Alhasil ini dapat membuka pintu-pintu maksiat lainnya. Mirisnya sistem ini memiliki akidah yang sangat rapuh, karena tidak ada peran pencipta didalamnya. Maka wajar saja jika generasi terkena syndrom mental illnes.
Belum lagi gaya hidup yang bebas, sehingga pergaulan antara laki-laki dan wanita pun tidak ada batasan. Dorongan hidup mewah ala artis dan influencer mati-matian dikejar atas nama kebahagiaan.
Tontonan tanpa penyaringan menjadi tempat pembelajaran yang sebenarnya merusak pemikiran. Masih banyak unsur lainnya yang membuat kehidupan manusia sekarang mengalami kegelapan. Kecintaan manusia pada dunia membutakan dirinya membuat ia menjadi serakah dan individualis.
Inilah potret buram dari sistem kapitalisme. Masih banyak kegagalan lainnya buah dari penerapan sistem ini. Sejatinya, sudah waktunya untuk mengganti sistem ini dengan sistem Islam. Islam sudah membuktikan keberhasilan suatu peradaban dengan menerapkan hukum-hukum yang berasal dari pencipta.
Berkaca pada sejarah di masa lampau saat Islam menjadi sebuah peradaban. Islam menorehkan tinta emas peradaban nan gemilang bahkan kemajuan peradab saat ini buah hasil dari peradaban Islam di masa lampau.
Bukan hanya dari sisi pembangunan kota, dari sisi akidah Islam mampu menjadi kekuatan bagi setiap individu. Tidak dijumpai manusia yang memiliki kelemahan mental, melainkan kekuatan mental sebab ketakwaan terhadap pencipta.
Sejak usia dini setiap anak yang lahir akan dibekali dengan akidah Islam, saat dewasa nantinya mereka akan siap dengan segala tantangan dan ujian kehidupan. Selain itu, dalam Islam semua elemen tersinkron menjadi satu. Terwujud individu yang bertakwa, kontrol masyarakat berjalan dan negara menjalankan seluruh syariah Islam secara keseluruhan.
Sedangkan pemimpin atau kepala negara akan menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat. Memastikan seluruh kebutuhan masyarakat terpenuhi, serta menjalankan sistem pemerintahan yang adil. Karena setiap pemimpin memahami kepemimpinannya adalah sebuah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban.
Islam juga melarang keras siapa saja untuk mengkonsumsi khamr (minuman keras). Sebagaimana di Q.S Al-maidah ayat 90 : “ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Dalam Islam apapun yang bisa menjadi penyebab akal rusak maka haram. Sebab jika akal kita yang bermasalah tentu akan mempengaruhi kehidupan kita. Oleh karena itu, saatnya kita melanjutkan kehidupan Isla sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihiwassalam.
Dalam bisyarah (kabar gembira) yang telah beliau sebutkan bahwa kelak akan ada masa dimana Islam akan kembali berjaya sesuai dengan manhaj kenabian.
Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada.
Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya.
Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar). Wallahu’alam