KATADIA MAKASSAR || Yayasan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) dan Konsorsium UK PACT Future Cities menyelenggarakan diskusi publik dan book tour bertajuk “Menggagas Mobilitas Inklusif di Makassar” di Kafe Agung. Kamis 31 Oktober 2024
Acara ini memperkenalkan buku “Kiri Depan, Daeng!”, yang berisi memoar warga mengenai pengalaman mobilitas di Makassar dan merupakan bagian dari upaya Program Kota Masa Depan UK PACT untuk meningkatkan mobilitas ramah bagi semua, termasuk penyandang disabilitas.
Diskusi dihadiri oleh perwakilan instansi pemerintah, komunitas difabel, akademisi, dan media. Tujuan utama acara ini adalah untuk mencari solusi dalam menghadirkan kebijakan dan fasilitas transportasi yang lebih inklusif.
Beberapa instansi yang berpartisipasi termasuk Dinas Perhubungan Sulawesi Selatan, Dinas Perhubungan Kota Makassar, dan organisasi difabel seperti Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) dan Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI).
Diskusi fokus pada beberapa isu kunci, termasuk:
1.Transportasi Umum Aksesibel: Diskusi tentang tantangan dan kemajuan dalam implementasi regulasi aksesibilitas, termasuk program “Teman Bus” untuk transportasi inklusif.
2. Infrastruktur Trotoar dan Jalan: Rencana pengembangan trotoar dengan guiding blocks dan jalur khusus bagi pengguna kursi roda, menekankan pentingnya partisipasi kelompok difabel dalam perencanaan.
3.Keamanan Difabel: Peran kepolisian dalam menjaga keamanan difabel di jalur transportasi umum dan pentingnya patroli di halte.
4. Pemberdayaan Komunitas Difabel: Mendorong forum komunikasi antara komunitas difabel dan pemangku kebijakan untuk memperjuangkan kebutuhan mobilitas mereka.
5. Peran Media: Meningkatkan kesadaran publik melalui media tentang pentingnya aksesibilitas dalam transportasi.
Acara dimulai dengan sambutan dari Yayasan PerDIK dan dilanjutkan dengan sesi testimoni dari pembaca buku. Nur Syarif Ramadhan, Ketua Yayasan PerDIK, berharap hasil diskusi ini menjadi rekomendasi konkret bagi para pemangku kebijakan untuk mewujudkan Makassar sebagai kota inklusif.
“Tujuan kami adalah menciptakan ruang mobilitas yang setara bagi semua, khususnya kelompok difabel,” ungkap Nur Syarif.
Acara ini menunjukkan kolaborasi lintas sektor dalam mendorong perubahan positif bagi komunitas difabel di Makassar dan diharapkan menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.(**)