KATADIA SINJAI || Dalam setiap daerah yang dikunjungi Calon Wakil Gubernur Sulsel, Azhar Arsyad menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan pemangku adat.
Dalam kampanyenya di Kabupaten Sinjai, Azhar harus menempuh perjalanan jauh menuju Rumah Adat Karampuang terletak di dusun Karampuang, Desa Tompobulu, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
Kondisi medan yang terjal dan berbelok karena berada diatas gunung disusuri Azhar bersama rombongan untuk melihat langsung pemangku adat Karampuang yang berada di kawasan hutan.
Dengan menunggangi kendaraan pribadi serta iring-iringan polisi pengawalan calon wakil gubernur Sulsel, Azhar menempuh rute 1 jam untuk tiba di rumah adat Karampuang.
Setibanya di lokasi, Azhar yang juga didampingi Ketua DPC PKB Sinjai yang sekaligus Anggota DPRD Sinjai terpilih Andi Olivia Batari Sugi kembali berjalan kaki menuju rumah adat.
Untuk sampai ke rumah ada Karampuang, harus melalui berjalan berbatu yang dikeliling hutan dan pohon besar hingga harus berhati-hati dalam melangkah.
Di dalam kawasan ini terdapat dua rumah adat berdiri kokoh sebagai kediaman dua pemangku utama yaitu To Matoa dan Gella.
Azhar dan rombongan diterima dengan baik oleh Puang Mengga, yang merupakan Gella di komunitas ini. Dengan naik di atas rumah melewati tangga kayu yang kokoh. Diatas beberapa keluarga besar menyambut rombongan.
Dengan duduk bersila, tuan rumah kemudian menyajikan hidangan kopi dan kue-kue seperti biasa dalam menyambut tamu yang hadir. Bahkan Azhar dipasangkan songkok recca’ oleh Puang Mengga. Wajah Puang Mengga terlihat ceria menyambut rombonngan.
Beberapa orang berpakaian atribut Bawaslu telah berada di kawasan hutan rumah adat Karampuang dan ikut naik diatas kediaman.
Tiang-tiang besar besar dan ukiran khas menjadi perhatian rombongan saat diatas rumah. Bagi masyarakat Karampuang, tiang-tiang tersebut merupakan simbol keagamaan yang mengandung makna bahwa kitab suci agama Islam, Alqur’an.
“Ada 30 tiang artinya terdiri atas tiga puluh juz,” ucap Puang Mengga dialeg bugis. Rumah adat yang disinggahi ini adalah rumah adat Gella yang menyimbolkan kediaman perempuan.
“Disini ada dua rumah adat. Kalau yang ditempati ini Gella. Atau rumah ada wanita, karena ini berpasangan,” tuturnya menjelaskan. Ini membedakan dari penempatan tangga dan pintu di tengah-tengah badan rumah merupakan simbol dari alat reproduksi wanita.
Kemudian ada dapur sebanyak dua buah yang ditempatkan di dekat pintu bagian atas merupakan menifestasi simbolik dari buah dada perempuan sekaligus mengandung makna bahwa perempuan adalah sumber kehidupan manusia, begitu pula dapur adalah sumber kehidupan di rumah.
Setelah mendengar, Azhar mengaku takjub dan mengapresiasi agar tetap menjaga dan melestarikan budaya adat istiadat di daerah. Pemerintah harus terus memperhatikan punya tanggungjawab menjaga karena nilai-nilai adat jangan dilupakan.
“Tugas dinas kebudayaan bagaimana tetap menjaga dan melestarikan. Kami terima kasih ke pamangku adat disini mari kita jaga terus,” ucap Azhar.
“Hukum adat yang diterapkan adalah bagian hukum yang hidup. Ini dijaga baik dan dilestarikan,” lanjutnya.
“Kepedulian kita semua khususnya pemerintah perlu ada political will agar budaya-budaya ini terjaga,” sambungnya.
Azhar berkomitmen selalu memperhatikan kesenian, budaya di masyarakat untuk dijaga dan dilestarikan.
Selain pemangku adat, Azhar juga mengunjungi pondok pesantren, tokoh-tokoh agama di Sinjai.(**)