KATADIA MAKASSAR || Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan akan menerbitkan buku Petunjuk Teknis (Juknis) Dakwah Kultural dengan pendekatan seni dan budaya lokal Sulawesi Selatan.
Untuk mendukung penyusunan buku tersebut, Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian, Pengembangan, dan Pengamalan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LP3AIK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menggelar Seminar Dakwah Kultural.
Acara ini menghadirkan para akademisi dan budayawan sebagai narasumber, bertempat di Ruang UBC Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Senin, 25 November 2024.
Seminar tersebut menghadirkan Wakil Ketua PWM Sulsel, Prof. Abdul Qadir Gassing; Pakar Antropologi Islam UIN Alauddin Makassar, Drs. Wahyuddin Halim, M.A., M.A., Ph.D.; serta dua budayawan, Yudhistira Sukatanya dan Chaeruddin Hakim.
Dalam seminar ini, Prof. Abdul Qadir Gassing membahas topik “Budaya dalam Tinjauan Tarjih Muhammadiyah: Kriteria Budaya yang Sesuai dengan Nilai-Nilai Islam” dengan contoh kasus Tari Padduppa dan Baju Bodo. Drs. Wahyuddin Halim, M.A., M.A., Ph.D., mengupas “Strategi Pemanfaatan Seni dan Budaya sebagai Media Dakwah di Sulawesi Selatan: Peluang dan Tantangannya bagi Muhammadiyah”.
Sementara itu, Yudhistira Sukatanya dan Chaeruddin Hakim menyampaikan pandangan mereka tentang “Strategi Pemanfaatan Seni dan Budaya sebagai Media Dakwah” dari sudut pandang yang berbeda.
Acara dibuka langsung oleh Prof. Abdul Qadir Gassing dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua PWM Sulsel, didampingi Wakil Rektor IV Unismuh Makassar, Dr. KH. Mawardi Pewangi, dan Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel, Dr. Nurdin Mappa.
Dalam sambutannya, Prof. Abdul Qadir Gassing menegaskan pentingnya dakwah berbasis budaya sebagai pendekatan yang efektif dalam menciptakan perubahan sosial. Menurutnya, dakwah berbasis budaya dapat menciptakan suasana yang hidup, menggembirakan, dan inspiratif, sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Pendekatan ini juga dianggap mampu menjadi jembatan dialog antara agama dan budaya, sehingga agama berperan sebagai payung yang melindungi budaya dari penyimpangan.
Prof. Qadir juga mengutip hasil Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48, yang menekankan bahwa dakwah berbasis budaya bertujuan mencerahkan umat dan memaksimalkan peran agama dalam menjaga tatanan sosial. Pendekatan ini diyakini mampu mengikis kemaksiatan, syirik, takhayul, dan khurafat secara alami.
Sementara itu, Dr. KH. Mawardi Pewangi menyoroti pentingnya integrasi seni dan budaya dalam kehidupan beragama. Ia menyatakan bahwa pendekatan tersebut memiliki peran strategis untuk memperkuat dakwah Islam.
Menurutnya, agama yang tidak terintegrasi dengan seni dan budaya akan sulit mencapai kemajuan. Muhammadiyah, lanjutnya, mengedepankan konsep Islam berkemajuan yang berakar pada tauhid dan akhlak mulia, tetapi tetap relevan dengan perkembangan zaman, termasuk dalam aspek seni dan budaya.
Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel, Dr. Nurdin Mappa, yang juga menjabat sebagai Sekretaris LP3AIK Unismuh Makassar, menjelaskan bahwa materi dari seminar ini akan menjadi masukan penting untuk penyusunan buku Juknis Dakwah Kultural Muhammadiyah Sulawesi Selatan.